Tonpi
si ular piton kecil berjalan menelusuri hutan dengan ceria. Ia
bertekad berkenalan dengan teman-teman baru sesama penghuni hutan.
Saat
melihat Nari si burung kenari di atas pohon sedang merapihkan
bulu-bulunya, Tonpi memanjat untuk mendekatinya.
“Hai,
perkenalkan namaku Tonpi?”sapa Tonpi dengan senyuman manis ketika
ia sudah di samping Nari.
Nari
yang tadi khusyuk dengan bulu-bulu indahnya tersentak kaget ketika
melihat siapa yang menyapanya. Ia lekas terbang terbirit-birit dengan
kicauan ketakutan.
“Lho,
kok dia terbang?” heran Tonpi bertanya-tanya, “Ah, mungkin ia
sedang terburu-buru.”
Tonpi
kembali turun dari pohon. Ia mencoba mencari teman yang lain di hutan
itu.
Kini
Tonpi sedang mengamati Rabi si kelinci mengunyah-ngunyah di tengah
rerumputan.
“Hai,
apa kabar? Kenalan yuk, aku Tonpi?” katanya ketika sudah di samping
Rabi.
“Puih!”
Rabi menyemburkan kunyahan rumputnya ke wajah Tonpi lalu loncat
terbirit-birit.
Tonpi
yang tidak menyangka wajahnya disembur hanya tersenyum tabah. Untung
tak jauh dari sana ada sungai kecil sehingga ia bisa membersihkan
serpihan rumput di wajahnya.
“Ah,
mungkin ia kecewa rasa rumput ini tidak enak,” gumam Tonpi usai
membersihkan wajah, ”Jadi, tak sengaja ia membuangnya di wajahku.”
Di
seberang sungai itu ternyata ada seekor rusa sedang minum. Tonpi yang
melihatnya langsung mendekat dengan meniti di atas jembatan.
“Barangkali
ia mau berkenalan denganku,” antusiasnya.
Tapi,
Rosa si rusa sudah berlari pergi karena menyangka Tonpi mendekat
hendak bermaksud jahat.
Tanpa
lelah dan tetap optimis, Tonpi masih berusaha mencari teman baru dari
ujung ke ujung hutan itu. Namun, hingga sore tak ada satu pun yang
mau berkenalan dengannya. Akhirnya ia pulang.
“Tolong!
Tolong!”
Tiba-tiba
Tonpi mendengar suara ramai minta tolong. Ia menghentikan langkahnya
menoleh ke belakang. Ternyata dua orang pemburu sedang menggotong
beberapa binatang. Tonpi diam-diam mendekat.
“Lho,
itukan si kenari, si kelinci, dan si rusa.” serunya dalam hati.
Memang
benar. Kedua pemburu itu sedang memanggul rusa dengan tongkat.
Sementara burung kenari dan kelinci terkurung di dalam sangkar bambu.
“Aku
harus menolong mereka,” geram Tonpi lalu menjulur lehernya dan
mematuk betis salah satu pemburu itu.
“Aduh!”
rintih seorang pemburu melepaskan panggulannya jatuh terduduk.
Melihat
yang terjadi pada temannya, pemburu lainnya marah lalu memukul Tonpi
dengan sebilah kayu. Tonpi yang tak sempat mengelak terkapar dipukul
berkali-kali. Pemburu itu kemudian lekas-lekas menggotong temannya
kabur meninggalkan hasil buruannya.
Rosa
yang berhasil melepaskan tali ikatan kakinya kemudian membuka pintu
sangkar dimana Nari dan Rabi dikurung. Mereka bernapas lega karena
selamat. Lalu mereka bergegas menghampiri penolong yang terkapar di
tanah.
“Lho,
ini kan ular yang hendak berkenalan denganku,” sentak Nari si
burung kenari.
“Iya,
ular ini adalah ular yang aku ludahi wajahnya. Aku takut ia
memakanku,” kata Rabi si kelinci.
“Aku
juga sempat melihatnya di sungai. Aku kira ia mendekatiku untuk
membunuhku,” Rosa menambahkan.
Ketiga
binatang itu terpaku menyesali diri karena telah berprasangka buruk
terhadap ular itu.
***
Pesan
Moral
Adik-adik,
janganlah cepat-cepat mencurigai atau berprasangka buruk terhadap
orang lain. Tetapi kita harus terlebih dahulu mencari tahu apa
tujuannya mendekati kita.
Sumber gambar: http://mkenyaujerumani.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar