Kamis, 20 September 2012

Semut dan Kepompong

Seekor Semut merayap gesit menuju puncak pohon. Ia menelusuri ranting demi ranting dengan lincah. Saat tiba suatu ranting, ia melihat Kepompong yang tergantung di selembar daun. Kepompong itu terlihat mulai bergerak-gerak.
Gerakan kepompong itu ternyata menarik perhatian semut yang baru pertama kali melihat Kepompong bergerak. Dia mendekat dan berkata, “Aduh, kasihan sekali kamu,” kata semut itu dengan nada antara kasihan dan menghina. “Nasibmu malang sekali. Sementara aku bisa lari ke sana kemari, kamu justru terperangkap di dalam kulitmu sendiri.”
Kepompong mendengar semua yang dikatakan Semut, tetapi dia diam saja tidak menjawab.
Beberapa hari kemudian, saat Semut kembali ke tempat kepompong, dia terkejut melihat Kepompong itu sudah kosong. Tinggal cangkangnya saja di sana. Saat Semut bertanya-tanya dalam hati apa yang terjadi dengan isi kepompong, tiba-tiba dia dikejutkan oleh kehadiran kupu-kupu yang indah.
“Wahai semut, lihatlah diriku sekarang,”  kupu-kupu yang indah menyapa semut yang tertegun melihatnya. “Akulah makhluk yang kau hina beberapa hari lalu. Saat itu aku masih di dalam kepompong. Sekarang kau boleh sesumbar bahwa kau bisa berlari cepat dan memanjat tinggi. Tetapi, lihatlah, aku justru bisa terbang lebih tinggi daripada ketinggian panjatanmu.”
Kupu-kupu itu lalu terbang tinggi, lalu hilang dari pandangan Semut.
~*~

Pesan Moral
Janganlah merendahkan orang lain, karena bisa jadi justru sejatinya kitalah yang rendah. Karena itu, hormati dan hargailah orang lain. Jangan sombong dan jangan merasa paling hebat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar