Ada yang mengatakan guru yang paling baik adalah pengalaman. Sidharta Gautama menyebutnya sebagai pengetahuan tertinggi. Menurutnya, ada 3 pengetahuan dasar manusia, pertama pengetahuan yang diperoleh melalui informasi dari orang lain. Kedua, pengetahuan melalui proses analisa pemikiran sendiri dan ketiga, pengetahuan yang didapat melalui pengalaman.
Apa itu belajar dari pengalaman. Sederhana saja, kita mempelajari apa yang sudah kita alami sebelumnya. Bisa saja yang kita alami tersebut terkait dengan siklus biologis tubuh kita, emosi dan pergumulan hati dan pikiran atau bisa juga interaksi dengan yang lain. Ada banyak hal yang kita alami dalam kehidupan sehari-hari, artinya ada banyak hal juga yang bisa kita pelajari.
Pentingkah kita belajar dari pengalaman? Tentu saja. Ada yang mengatakan jatuh di lubang yang sama adalah kebodohan. Maka jika kita belajar dari pengalaman bahwa di jalan itu ada lobang, keesokan harinya kita tentu akan melewati jalan yang berbeda.
Mengapa kita perlu belajar dari pengalaman? Karena hidup ini adalah pengulangan. Siklus hidup manusia seperti lingkaran. Kejadian di masa lalu akan datang kembali di masa sekarang meski dengan berbeda bentuk. Umpamanya, orang yang suka lupa. Jika hari ini dia lupa dimana menaruh kunci. Bisa saja esok atau lusa, dia lupa dimana kaos kaki dilempar setelah pulang sekolah kemarin. Atau orang yang suka telat datang, jika ia benar-benar tidak menyadari kekeliruan ini dan berusaha untuk merubah, dia akan selamanya akan terus telat datang.
Pengalaman penulis umpamanya, terkait dengan hubungan cinta. Bisa dikatakan dari sekian relasi yang dijalin selalu berakhir sedih. Pacar pertama bertahan dua bulan karena si doi ngebetein, pacar kedua hanya enam bulan karena si doi setelah lulus nggak ada kasih kabar apa-apa. Pacar ketiga, kembali bertahan dua bulan karena mamanya si doi tak suka dengan keturunan Jawa/Sunda. Pacar keempat, hanya beberapa minggu saja karena si doi mata keranjang. Terakhir sempat jalan setahun lebih, tapi lagi-lagi berakhir dengan perpisahan karena si doi seniman urakan yang nggak jelas dengan hidupnya. Hehehe, meski beda orang, beda peristiwa, beda proses, tapi intinya sama. Hubungan yang tak harmonis dengan lawan jenis.
Satu pembelajaran yang penulis dapatkan selama ini, jika ada satu masalah muncul dalam hidup kita, itu berarti ada yang tidak beres dengan diri kita terkait dengan masalah itu. Eit, tapi tunggu dulu. Mungkin ada yang mau nanya, masalah itu apa sih? Masalah itu adalah apa saja yang bikin kamu menangis, kesal, jengkel, marah dan emosi lainnya selain emosi gembira. Karena kalau kamu gembira dan bersenang hati, berarti saat ini kamu tidak punya masalah.
Lalu, bagaimana kita mempelajarinya? Pertama, ajukan pertanyaan dari setiap pengalaman yang kamu dapatkan. “Mengapa ini? Mengapa bukan itu?”. Teruslah bermain dengan pertanyaan dan berusahalah untuk temukan jawabannya. Usahakan jawabannya bukan “Tidak tahu”. Karena ketika jawabannya tidak tahu, maka kamu berada dalam ketidaktahuan akan dirimu. Dan kalau sudah tidak tahu, kamu tidak akan temukan jawaban keluarnya. Selama kamu tidak tahu, selama itu juga masalah itu akan selalu datang padamu. Kedua, setelah temukan jawaban, tumbuhkan kesadaranmu untuk segera merubahnya. Ini termasuk bagian yang sulit juga, merubah diri atau mungkin kata tepatnya merubah kebiasaan yang kita anggap buruk. Umpamanya aja nich, jika kamu marah ada orang yang mengkritik kamu, ini berarti kamu punya masalah soal kritikan. Jangan salahkan orang lain dulu, tapi awali dengan koreksi diri. Dan kalau kamu mau belajar dari pengalaman ini, kamu bisa tanyakan kepada diri sendiri “Mengapa saya marah ya kalau ada yang mengkritik?”, “Apakah kritik ini benar atau salah?”, “Kalau benar, mengapa saya marah?”, “Kalau salah, apakah marah solusinya?”. Nah, kalau pertanyaan ini diteruskan, kamu akan belajar banyak hanya dari pengalaman marah karena kritikan. Ujung-ujungnya, kamu akan belajar tentang dirimu sendiri dan membuat diri menjadi lebih baik lagi. Dan ini sudah masuk wilayah merubah diri.
Inilah pentingnya belajar dari pengalaman. Kamu bisa melakukan evaluasi terus dan terus memperbaiki diri. Karena begitu lahir, kita tidak tiba-tiba menjadi malaikat. Kita manusia, dan manusia adalah tempatnya kebaikan dan keburukan. Bisa penulis katakan, bahwa masalah adalah proses pendewasaan diri. Ini dengan catatan, kalau kamu mau belajar dari setiap pengalaman yang kamu alami.
Pengalaman tidak hanya berupa masalah, pengalaman baik juga penting dipelajari. Jika ada orang yang memuji salah satu sikapmu, maka pertahankan itu dan kalau bisa semakin ditingkatkan. Selain itu, belajar dari pengalaman orang lain juga baik lho. Jadi jika kamu menjadi tempat curhat teman-temanmu, bersyukurlah karena kamu mendapat pengalaman yang berbeda dan pembelajaran yang lebih banyak lagi.
Apa saja yang bisa dipelajari? Ya apa saja. Bisa saja terkait biologismu. Seperti kalau minum minuman ini atau makan makanan yang itu, kamu bisa mencret. Lalu lain kali, kamu tidak lagi melakukan hal yang sama. Atau terkait dengan kebiasaan yang selalu dilakukan. Seperti mengapa kamu selalu bercermin saat ketemu kaca? Mengapa kamu selalu gugup kalau berbicara di depan umum? Mengapa kamu selalu menuntut si doi untuk selalu memahami dirimu? Mengapa kamu sulit untuk berolahraga? Mengapa kamu selalu mengalami masalah yang sama? Mengapa kamu malas membaca? Dan masih banyak lagi lainnya.
Untuk langkah praktisnya, sebelum kamu tidur di malam hari, usahakan untuk mengingat kembali apa saja yang sudah kamu lakukan hari ini. Jika kamu mampu menuangkan dalam tulisan, sangat bagus sekali. Lalu coba lihat, pengalaman-pengalaman apa saja yang bisa dipetik pelajaran dari sana. Pasti ada, dan usahakan kamu bisa menemukan. Ketika kamu mulai melihat ke dalam diri, kamu akan menemukan pembelajaran yang luar biasa terhadap dirimu…
Selamat belajar ya….
Kontributor: Ira Sasmita
Sumber gambar dari sini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar