Pengalaman hidup selama ini mengajarkan kepada kita, ketika kehilangan
uang, kita marah, nangis, mencari-cari siapa tertuduh. Ketika kena PHK, kita
terpuruk seolah hidup tak ada artinya lagi. Ketika pekerjaan menumpuk dan tidak
ada yang membantu, kita sedih dan ngamuk. Selalu ketika menghadapi masalah,
emosi yang muncul adalah sedih, marah, kesal, jengkel, benci, sakit hati,
dendam dan emosi jelek lainnya.
Jarang kita liat atau bahkan hampir tidak ada, di saat ada salah satu
keluarga yang meninggal, kita tersenyum. Saat dikritik orang lain, kita
mengucapkan terimakasih. Saat dibentak orang, kita tetap tenang.
Penulis ingat satu kisah yang diceritakan oleh teman beberapa minggu yang
lalu. Dia menceritakan tentang kecelakaan yang dia lihat waktu sepulang kerja.
Di satu perempatan yang padat, ada seorang ibu mengendarai motor. Setelah lampu
hijau dia bermaksud mau belok ke arah kanan. Tapi sayangnya, ibu ini gugup. Dia
menabrak mobil di depannya. Jatuh. Kemudian bangkit dengan motornya dan karena
kegugupannya belum hilang, lagi-lagi dia menabrak lagi mobil di belakangnya.
Dan jatuh.
Dua mobil itu berhenti dan kedua sopirnya keluar. Tiba-tiba salah seorang
sopir marah meledak-ledak. “Ibu ini bisa belajar bawa motor nggak?”. “Baru
belajar kok dah berani bawa motor?”, “Ibu harus mengganti ini?”. Tidak peduli
apakah ibu ini lebih tua darinya atau bagaimana, bapak sopir kedua ini
terus-terusan menghardik ibu ini. Tapi kamu pengen tahu apa yang dilakukan
sopir yang satunya lagi. Begitu membuka pintu mobilnya, dia buru-buru membantu
ibu itu sambil berkata “Apakah Ibu baik-baik saja?”, “Ibu kecapekan ya?”.
Oh, my God (sambil mulut membentuk huruf o), sudah tahu mobilnya lecet
karena tabrakan dan pasti mahal memperbaikinya, dan kalau diperbaiki nggak cuma
sebentar seperti nambal ban motor, atau belum tentu juga ibu ini orang kaya,
tapi sikap pertama yang dimunculkan oleh bapak ini adalah rasa simpati. Dia
mengesampingkan semua kerugian yang dialami, dia malah peduli dengan ibu ini.
Sayangnya, temanku tidak tahu bagaimana kelanjutan setelah ini, karena
motornya harus terus jalan supaya lalu lintas tidak padat di persimpangan itu.
Tapi yang bisa kita pelajari di sini adalah, bahwa menghadapi masalah yang
sama, ada banyak pilihan reaksi yang bisa kita ambil. Memilih yang negative
apakah akan menguntungkan? Tentu saja tidak. Yang terjadi hanya kamu akan sakit
hati dan yang rugi adalah diri kamu sendiri.
Saat kamu digosipin teman-temanmu, kamu marah. Yang rugi bukan mereka,
tapi dirimu sendiri. Kamu marah, hatimu akan selalu tidak tenang.
Uring-uringan. Apapun yang ada di tangan bisa dilempar. Hari-harimu pun merasa
tidak tenang. Sayang sekali kalau kamu menyiksa diri dengan cara ini.
Bukankah kita hidup untuk bahagia?
Tapi ketika kamu memilih pilihan yang positif, hasilnya juga akan
positif. Kamu nggak perlu sakit hati atau benci. Ketika dilabrak orang lain,
kamu belajar untuk tenang. Lihatlah, emosi positifmu akan membuat daya tahanmu
kuat. Walau terluka sedikit, kamu tidak akan terpuruk dan sedih tak
berkesudahan. Dengan tenang, kamu akan jernih melihat masalahmu dan tentu saja
kamu akan bisa menemukan jalan keluar yang baik. Percaya atau tidak, jika kamu
menyelesaikan masalah dalam keadaan emosional dan tidak stabil, kamu tidak akan
menyelesaikan masalah malahan masalah akan bertambah banyak. Tapi jika kamu
hadapi dengan sikap yang tenang, kamu akan belajar banyak hal.
Ada satu film yang menarik, judulnya Three Idiot, dibintangi oleh Amiir
Khan. Apakah kamu pernah menontonnya? Kalau belum, saya rekomendasikan kamu
untuk menonton ini. Sang actor saat menghadapi masalah, dia akan menepuk
dadanya sambil berkata “All is well” artinya semuanya akan baik-baik saja.
Temannya selalu marah ketika disarankan oleh Amiir Khan. “Apakah ini bisa
menyelesaikan masalahku?”. Amiir Khan lalu menjawab, “Masalah memang tidak akan
selesai, tapi dengan ini, kekuatanmu akan terkumpul.”
Memang tidak mudah belajar untuk tenang. Karena ini terkait dengan sikap.
Dan sikap sangat terkait dengan latihan-latihan mental dan fisik. Dan ini tidak
mustahil dipelajari. Tunggu tulisan saya berikutnya ya….Saya akan coba
menguraikan sedikit tentang ini…
Penulis Kontri: Ira Sasmita
Tidak ada komentar:
Posting Komentar