Jumat, 21 September 2012

Tujuan


Akhir-akhir ini saya sering memikirkan kata tujuan. Lebih tepatnya soal tujuan hidup. Apakah penting hidup yang kita jalani memiliki tujuan? Kalau tidak, bagaimana? Apakah tidak ribet memikirkan yang namanya tujuan?

Otak saya berputar-putar, melompat dari satu pemikitan ke pemikiran lain, dari satu pengalaman ke pengalaman lain, dari satu masalah ke masalah lain. Dan inilah perenungan saya tentang tujuan.

Kalau saya tidak membuat tujuan dalam hidup ini, maka apa yang saya lakukan selama ini hanya berlalu begitu saja. Saya setiap hari selalu dengan rutinitas, mulai dari bangun tidur hingga tidur lagi. Jam 7.30 berangkat kerja sampai jam 4.30. Begitu tiba di kos, saya istirahat sampai magrib. Malamnya saya keluyuran dengan teman-teman, entah itu nyari makan, ke bioskop atau hanya sekedar nongkrong di warung kopi. Besoknya saya kembali dengan rutinitas yang sama. Minggu besoknya juga sama. Bulan besoknya juga sama. Tahun besoknya juga sama. Senang? Saya jawab tidak. Meskipun setiap bulan saya terima gaji, bisa makan enak, bisa beli baju bagus, bisa gonta ganti Hp, tapi setelah itu apa? Hampa. Ya, hanya kehampaan yang saya dapatkan. Kesenangan terasa sesaat. Hanya sampai muncul perasaan bosan. Lalu bagaimana saya menjalani hidup ini? “Tujuan”, kata ini kembali menghentak saya. selama ini saya tidak punya tujuan dengan hidup saya. Saya menjalani rutinitas dari hari ke hari, dari minggu ke minggu tanpa tahu tujuan saya mau kemana. Maka tujuan sebenarnya membuat hidup saya lebih berarti. Jika saya membuat tujuan, saya tahu mengapa saya melakukan ini dan apa tujuan saya melakukan ini. Selelah apapun usaha yang dilakukan, sebanyak apapun waktu dan uang yang saya keluarkan, saya merasa tidak sia-sia. Karena saya memiliki tujuan.

Kalau saya tidak memiliki tujuan, saya tentu akan menjalani kehidupan yang sama setiap harinya. Kalau saya umpamanya  diberi posisi kerja yang lebih bagus, gaji lebih tinggi, tapi tetap saja dari jam 8 sampai jam 16.00 saya kerja, malamnya saya nongkrong dengan teman, hari libur saya beli baju baru dan entah apa lagi rutinitas yang saya lakukan. Lalu apa setelah itu? “Tujuan”, lagi-lagi saya merenungkan kata ini. Jika saya punya tujuan, tentu selain membuat hidup saya berarti, tapi ada kemungkinan hidup saya akan lebih baik lagi. Tujuan memberi kesempatan bagi saya untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik lagi. Karena siapapun pasti menginginkan kehidupan yang lebih baik. Dan itu dirumuskan dalam satu kata “tujuan”.

Kalau saya tidak memiliki tujuan, saya akan membiarkan hidup saya seperti ini adanya. Saya tidak punya mimpi setahun atau dua tahun ke depan, karena saya pasti akan melakukan rutinitas yang sama dengan apa yang saya lakukan hari ini. Tapi jika saya punya tujuan, saya tahu bahwa tahun depan saya harus begini. Dan kalau begitu bulan ini apa yang  bisa lakukan untuk untuk itu. Saya mungkin perlu belajar saving uang, nongkrong dengan teman mungkin hanya malam minggu saja atau belanja baiknya sekali sebulan saja. Atau masih banyak lagi rencana yang bisa disusun dalam rangka meraih tujuan tersebut. Artinya tujuan membuat hidup saya lebih terencana.

Hidup tentu bukan untuk hari ini. Hidup hari ini harusnya untuk membuat hari ini dan masa depan menjadi lebih baik. Mengapa saya harus memikirkan masa depan? Karena saya ada kemungkinan masih bernafas di masa depan. Ada kemungkinan menjalani hidup di usia 35 tahun, ada kemungkinan punya suami/istri, anak-anak, ada kemungkinan untuk melanjutkan studi. Ada kemungkinan untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik.

Lalu, bagaimana saya tahu apa tujuan hidup ini? Mm, ikuti kata hati. Apa yang paling disukai selama ini? Apa yang paling ingin saya kerjakan selama ini? Maka itulah tujuan saya ke depan.

Saya selama ini memiliki keinginan terpendam, tapi sayang karena ketidakberanian untuk memperjuangkannya, sampai sekarang saya juga belum melakukan apapun. Akibatnya, saya selalu jatuh dan jatuh di keadaan yang sama: kehampaan.

Saya pikir, tidak hanya butuh keberanian tapi juga kenekatan untuk mewujudkannya. Kekuatiran-kekuatiran di masa depan yang selama ini menjadi penghambat, sebenarnya tidak akan pernah terjadi, kalau saya mau sungguh-sungguh melakukannya.

 Penulis Kontri: Ira Sasmita

Tidak ada komentar:

Posting Komentar