Akhir-akhir ini
saya sering memikirkan kata tujuan. Lebih tepatnya soal tujuan hidup. Apakah
penting hidup yang kita jalani memiliki tujuan? Kalau tidak, bagaimana? Apakah
tidak ribet memikirkan yang namanya tujuan?
Otak saya
berputar-putar, melompat dari satu pemikitan ke pemikiran lain, dari satu
pengalaman ke pengalaman lain, dari satu masalah ke masalah lain. Dan inilah
perenungan saya tentang tujuan.
Kalau saya tidak
membuat tujuan dalam hidup ini, maka apa yang saya lakukan selama ini hanya
berlalu begitu saja. Saya setiap hari selalu dengan rutinitas, mulai dari
bangun tidur hingga tidur lagi. Jam 7.30 berangkat kerja sampai jam 4.30.
Begitu tiba di kos, saya istirahat sampai magrib. Malamnya saya keluyuran
dengan teman-teman, entah itu nyari makan, ke bioskop atau hanya sekedar
nongkrong di warung kopi. Besoknya saya kembali dengan rutinitas yang sama.
Minggu besoknya juga sama. Bulan besoknya juga sama. Tahun besoknya juga sama.
Senang? Saya jawab tidak. Meskipun setiap bulan saya terima gaji, bisa makan
enak, bisa beli baju bagus, bisa gonta ganti Hp, tapi setelah itu apa? Hampa.
Ya, hanya kehampaan yang saya dapatkan. Kesenangan terasa sesaat. Hanya sampai
muncul perasaan bosan. Lalu bagaimana saya menjalani hidup ini? “Tujuan”, kata
ini kembali menghentak saya. selama ini saya tidak punya tujuan dengan hidup
saya. Saya menjalani rutinitas dari hari ke hari, dari minggu ke minggu tanpa
tahu tujuan saya mau kemana. Maka tujuan
sebenarnya membuat hidup saya lebih berarti. Jika saya membuat tujuan, saya
tahu mengapa saya melakukan ini dan apa tujuan saya melakukan ini. Selelah
apapun usaha yang dilakukan, sebanyak apapun waktu dan uang yang saya
keluarkan, saya merasa tidak sia-sia. Karena saya memiliki tujuan.
Kalau saya tidak
memiliki tujuan, saya tentu akan menjalani kehidupan yang sama setiap harinya.
Kalau saya umpamanya diberi posisi kerja
yang lebih bagus, gaji lebih tinggi, tapi tetap saja dari jam 8 sampai jam
16.00 saya kerja, malamnya saya nongkrong dengan teman, hari libur saya beli
baju baru dan entah apa lagi rutinitas yang saya lakukan. Lalu apa setelah itu?
“Tujuan”, lagi-lagi saya merenungkan kata ini. Jika saya punya tujuan, tentu
selain membuat hidup saya berarti, tapi ada kemungkinan hidup saya akan lebih
baik lagi. Tujuan memberi kesempatan bagi
saya untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik lagi. Karena siapapun
pasti menginginkan kehidupan yang lebih baik. Dan itu dirumuskan dalam satu
kata “tujuan”.
Kalau saya tidak
memiliki tujuan, saya akan membiarkan hidup saya seperti ini adanya. Saya tidak
punya mimpi setahun atau dua tahun ke depan, karena saya pasti akan melakukan
rutinitas yang sama dengan apa yang saya lakukan hari ini. Tapi jika saya punya
tujuan, saya tahu bahwa tahun depan saya harus begini. Dan kalau begitu bulan
ini apa yang bisa lakukan untuk untuk
itu. Saya mungkin perlu belajar saving uang, nongkrong dengan teman mungkin
hanya malam minggu saja atau belanja baiknya sekali sebulan saja. Atau masih
banyak lagi rencana yang bisa disusun dalam rangka meraih tujuan tersebut.
Artinya tujuan membuat hidup saya lebih
terencana.
Hidup tentu bukan untuk
hari ini. Hidup hari ini harusnya untuk membuat hari ini dan masa depan menjadi
lebih baik. Mengapa saya harus memikirkan masa depan? Karena saya ada kemungkinan
masih bernafas di masa depan. Ada kemungkinan menjalani hidup di usia 35 tahun,
ada kemungkinan punya suami/istri, anak-anak, ada kemungkinan untuk melanjutkan
studi. Ada kemungkinan untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik.
Lalu, bagaimana saya
tahu apa tujuan hidup ini? Mm, ikuti kata hati. Apa yang paling disukai selama
ini? Apa yang paling ingin saya kerjakan selama ini? Maka itulah tujuan saya ke
depan.
Saya selama ini
memiliki keinginan terpendam, tapi sayang karena ketidakberanian untuk memperjuangkannya,
sampai sekarang saya juga belum melakukan apapun. Akibatnya, saya selalu jatuh
dan jatuh di keadaan yang sama: kehampaan.
Saya pikir, tidak
hanya butuh keberanian tapi juga kenekatan untuk mewujudkannya.
Kekuatiran-kekuatiran di masa depan yang selama ini menjadi penghambat,
sebenarnya tidak akan pernah terjadi, kalau saya mau sungguh-sungguh
melakukannya.
Penulis Kontri: Ira Sasmita
Tidak ada komentar:
Posting Komentar