Kamis, 13 September 2012

Lembaran Kertas Sang Juragan

Kesempatan untuk bisa pulang ke rumah orangtua tak pernah kami lewatkan, terutama hari-hari menjelang lebaran, hari dimana biasa kami mengambil cuti. Kurang dari satu minggu sebelum lebaran saja, kantor sudah sepi, maklum banyak pegawai perantauan. Lebaran di tahun 2012 ini pun begitu, pagi hari menjelang sholat Ied, ibu sudah bangun pagi-pagi untuk memasak.

“Nduk, nanti sholat sama-sama Ibu di Masjid Besar ya!”

“Iya Bu”

Sudah tradisi di rumah kami, sholat Ied tidak pernah pergi ke satu masjid bersama-sama. Pasalnya, masing-masing punya sreg yang berbeda-beda. Bapak, seorang penganut Muhammadiyah biasanya akan sholat kumpul-kumpul dengan jamaahnya. Ibu, biasanya mau ikut Bapak kalau lagi sreg ikut, kalau gak ya pergi ke Masjid yang ingin dikunjungi. Kami, anak-anak lebih senang sholat di Masjid sekitar kompleks, dengan alasan masjid tersebut adalah masjid terdekat yang bisa ditempuh dengan jalan kaki. Selain tentunya ingin berkumpul bersama teman-teman satu komplek.

“Nduk, ingat ya, nanti gak usah ikut-ikut sholat sebelum sholat Ied kayak orang-orang. Gak ada tuh sholat sebelum sholat Ied”

“Iya Pak”, saya mengiyakan sebelum akhirnya berkomentar, “mungkin mereka sholat tahiyyatul masjid Pak”

“Sholat tahiyyat opo? Lha itu biar sholatnya di lapangan, orang-orang pada sholat juga sebelum sholat Ied. Memangnya ada sholat tahiyyat di lapangan?. Sudah siap-siap sana, cepat berangkat, hari hujan begini nanti gak dapat tempat di dalam lho!”

Saya dan Ibu pun berangkat berboncengan motor. Meski gerimis mulai turun, demi melihat Ibu yang nampak semangat sekali minta ditemani, saya nurut saja.

“Nanti temani Ibu ke rumah Bupati ya. Ibu minta ditemani sholat disini tadi karena pengen ngerasain open housenya Bupati. Bapak kalau diajak kesana selalu gak mau”, Ibu setengah berbisik di telinga saya, sesaat sebelum sholat dimulai. Kami beruntung, meski terlambat dan hampir tidak dapat tempat, akhirnya bisa berada di jajaran shof terdepan bersama jajaran istri-istri pejabat. Lumayan nambah pengalaman saya lah, setidaknya saya jadi kenal wajah-wajah mereka setelah lama merantau ke negeri orang.
***
Hujan bertambah deras sesampainya kami di kediaman rumah jabatan bupati yang kebetulan tidak jauh dari masjid. Orang-orang juga sudah banyak yang datang, sebagian besar adalah jamaah masjid yang sekalian mampir. Ini pengalaman kedua saya, tahun lalu saya juga mencoba merasakan open house di tempat Bupati Bulungan. Bedanya, waktu itu bersamaan dengan jam makan siang, tidak sepagi ini.

Setelah itu, Ibu minta ditemani singgah ke satu tempat lagi. Terakhir, sebelum pulang ke rumah, kami juga sekalian bersilaturrohim ke tempat tetangga kami, Pak Andi (sebut saja demikian). Saya bersahabat dengan anaknya yang kini menjabat sebagai anggota dewan (masih muda dan seorang perempuan). Sejak masih SMA dan satu organisasi dulu, Fatma (nama samaran) memang sudah jago berdebat dan pemberani. Backingan dari Abahnya di partai dan kemampuan Fatma yang lulusan ilmu politik makin klop membawanya terjun lebih jauh ke dalam dunia politik. Adik saya yang pertama, seumuran dengan adik Fatma yang pertama, adik saya yang kedua, bersahabat dengan adik Fatma yang kedua. Begitulah intinya, kami saling kenal dan bersahabat.

Saat kami masuk, puluhan anak-anak kecil tampak mengerumuni Alya (adik Fatma yang kecil), sementara seorang lagi sibuk memberikan semacam stempel di tangan anak-anak itu sambil berteriak keras, “yang sudah, distempel dulu tangannya, gak boleh datang minta lagi ya”. Dunia anak-anak yang menyenangkan. Waktu anak-anak dulu saya juga begitu, bergembira meminta jatah lebaran dari orang-orang. Sayangnya tiap saya dikenali orang, “oh, ada anak Pak Guru, anak Pak Guru, gak usah dikasih, gak enak sama Pak Guru”. Lain tempat lain budaya, kata mereka kalau ngasih anak pak guru itu dianggap kurang sopan dan tidak hormat. Biasanya kalau mau ngasih, mereka akan datang langsung ke rumah. Tapi kan, rasanya lain, sedih juga saya, teman-teman saya dompetnya sudah penuh, sementara saya kadang sampai pulang masih kosong. Hiks.

Lain zaman juga lain besaran. Kalau zaman saya dulu, dikasihnya uang recehan sudah senang luar biasa, lah anak-anak ini jatahnya satu orang dua puluh lima ribu. Oalah … pantesan dikasih stempel segala.
.
Rumah Pak Andi ini sebenarnya biasa saja, tidak terlihat terlalu besar dan megah. Meski begitu, sudah jadi rahasia umum jika bertandang kesini, pulang dapat amlopnya besar. Makanya anak-anak senang kemari. Di tempat yang lain, mungkin mereka cuma bisa dapat seribu-dua ribu satu rumah. Lumayankan, datang ke rumah Pak Andi sudah cukup mewakili dua puluh lima rumah.

Setelah Ibu selesai bercakap-cakap dengan Bu Andi, dan saya selesai makan buras (semacam lontong khas bugis), kami pun berpamitan. Sebelum pulang, Bu Andi mengambil dua amlop putih yang saya lihat berserakan di atas kursi.

“Bu, ini ada sedikit rezeki”, saya agak pakewuh juga sebenarnya saat menerima amlop tersebut.

“Ini nanti kalau anak saya datang, mau buang uang juga Bu”, Pak Andi menimpali.

Sekedar tahu, buang uang itu maksudnya menghamburkan uang, biasanya di hambur dari atas loteng rumah atau ditempat-tempat keramaian. Bisa di pelabuhan, di terminal atau di tengah jalan. Besarannya bermacam-macam, dari ribuan, puluhan sampai ratusan ribu. Bagi yang beruntung, bisa meraup sampai jutaan rupiah sekali ikut berebut. Ini memang kebiasaan keluarga Pak Andi, sang pengusaha minyak ini. Saya juga belum pernah melihat secara langsung bagaimana hebohnya buang uang, sebab saya tak begitu update kapan jadwal buang uang.

Sesampainya di rumah, saya yang penasaran dengan isi amplop langsung merobeknya. Isinya seratus ribu, Alhamdulillah, besar sekali ya …
***

Menjelang siang, setelah berlebaran dengan keluarga, dan menerima banyak tamu. Giliran Bapak, adik saya yang laki-laki dan Kak yang bersilaturrohim ke rumah tetangga. Sementara saya, ibu dan kedua adik perempuan saya jaga rumah.

“Kemarin waktu saya satu bulan berobat di Jakarta, saya tinggal di hotel Pak, satu hari biaya hotelnya aja enam juta. Saya fikir-fikir lagi, kalau begini terus bisa banyak biaya juga ini. Akhirnya saya beli rumah Pak, Alhamdulillah dapat murah Pak”

“Dapat harga berapa Pak Andi?”

“Alhamdulillah, Cuma dua milyar”

He? Cuma dua milyar?, mendengar cerita Bapak yang baru saja ke tempat Pak Andi, saya hanya bengong.

“Jadi sekarang itu rumah kosong Pak. Saya gaji empat orang untuk jaga rumah saya. Satu orang saya gaji lima juta”.

“Ngomong-ngomong soal zakat Pak, saya kemarin juga sudah zakat, total semua dua ratus juta. Itu belum zakat yang saya bayarkan di Balikpapan sama yang di Jakarta”. Kebetulan Bapak ketua BAZ , jadi wajarlah kalau pembicaraan juga menyerempet ke zakat, fikir saya.

“Ini untuk lebaran, sudah saya siapkan satu em pak untuk sedekah bagi-baginya”. He? Satu em? Satu ember uang maksudnya ya?. Sejenak kami tertawa lepas mengingat pengalaman-pengalaman indah bersilaturrohim ke tetangga. Apalagi mendengar cerita adek, saat bertandang ke tempat Pak Andi, ternyata bukan uang dalam amlop yang diberikan, melainkan Pak Andi yang lima menit sekali keluar dari kamar menghambur uang puluhan.

“Jadi dapat berapa dek?”, setengah bercanda saya bertanya padanya.

“Wah, aku di pojokan jadi susah rebutannya, tuh temenku sampe nyeletuk, tahu begini, kita disini aja sampai sore nungguin uang, gak usah kerja”.

Di tengah derai tawa, salah seorang dari kami nyeletuk,
“Kalau aja ada 10 orang aja kayak Pak Andi, aku rela datangin semuanya” ya iyalah, siapa yang gak mau satu hari dapat satu juta cuma-cuma? Ha ha ha ha … kami pun tertawa berbarengan. Benar-benar pengalaman lebaran yang tak terlupakan.


Gambar dipinjam dari: sini 

Kontributor: Nurin Ainistikmalia

86 komentar:

  1. Hihi... baca ceritamu kok lucu mbak, tapi lumayanlah, aku juga mau datang kalau ada 10 orang kayak pak Andi. Siiplah mbak! :D

    BalasHapus
  2. Hihii... sebenernya itu tadi masih salah tulis. Rumahnya harganya 10 milyar bukan dua em, he he. gak papalah sudah terlanjur. Oke, terimakasih komentarnya, :)

    BalasHapus
  3. Hahaha kayaknya emang gitu ya kalo lebaran. Kemarin adik iparku gitu juga masak dia bilang gini "Mantap lebarang ke rumah bapak ini, dapat duit banyak" hadeuh....

    BalasHapus
  4. hahhahah,,,ngakak..ngakak,,,bacanya..
    kalo ii tg da urg bgto
    sya rela dehh ng plang"
    nungguin uang yg ii hambur" kn
    hahahhahahahahah

    BalasHapus
  5. duhhh,,bahagianya
    kalau lebaran ada orang yang memberikan uang satu juta....duhh,,kapan yiaa ada orang yang berbaik hati seperti ituu

    BalasHapus
  6. hahahaha ,....
    jangankan 10 org 5 org aja yg kya pak andi saya jg mau nangkringi.ok mbak ceritanya

    BalasHapus
  7. bagus deh buat pemula,cerita nya benar2 lucu...

    BalasHapus
  8. lucu bnget ingat wktu msih kecil dulu klo lebaran keliling deh nyari ampao...

    BalasHapus
  9. Emange gak eman2 yak buang duit -__-

    BalasHapus
  10. @ WidaAya: hooh Wid, lha orang dewasa aja mikirnya juga gitu.

    BalasHapus
  11. @Enha: untungnya belom ada disini, :). trims sudah membaca dek...

    BalasHapus
  12. @Dian: Terima kasih dek, dikau kan memang suka lebay, biar biasa aja dibilang lucu. Ajak yang lain juga untuk komentar sebanyak-banyaknya disini ya ...:D

    BalasHapus
  13. @Zelec Radja Gombal: iyakah? sudah dibaca semuakah tu ceritanya mas? btw, trims sudah dikunjungi. :)

    BalasHapus
  14. @Wulan:sadar dek, jangan kebanyakan ketawa, :) :) :)

    BalasHapus
  15. @Wulan:sadar dek, jangan kebanyakan ketawa, :) :) :)

    BalasHapus
  16. @Riduansyah Way: itu emang kebahagiaan tersendiri buat anak-anak kecil Mas, terimakasih sudah berkunjung. Ajak yang lain datang kesini juga ya!

    BalasHapus
  17. @Milo: bagi mereka itu sedekah Milo, lagian kuperhatikan tambah tahun uang mereka tambah banyak lho!. Eh, trims kunjungan baliknya. :D

    BalasHapus
  18. WOOW...Menarik mba...^_^
    Menghibur, ada satu hal yg bs dicontoh dr pak Andi --Apakah qt merasa kaya atau miskin-- yaitu gemar bersedekah...ga mikir2 lagi ketika menghambur2kan hartanya untuk org lain...karena sesungguhnya harta itu ga hilang malah bertambah banyak, coba perhatikan harta pak Andi tambah banyak kan (Kesaksian penulis sendiri...hehe)
    yuk contoh pak Andi... #Klo ketemu pak andi salam ya mba....semangatnya luar biasa....

    BalasHapus
  19. ag mau ko"mba"pulkam ksna biar dpt angpao byk heheheheheehehehehehe,ceritaxa bgs ko"......

    BalasHapus
  20. wah ada bakat jd penulis mba,tapi lain kli lebih lucu biar bisa mengocok perut.... soalnya bacaan yg lucu2 saya sngat senang....

    BalasHapus
  21. aku juga mau klo dikasih uang....hehe

    BalasHapus
  22. aq mau tapi bukan yang recehan....ya 100rb sepuluh lembar lah

    BalasHapus
  23. Wakakak......
    Pengalaman mbak NUrin lucu dah....
    pengen juga punya tetangga kayak pak Andi, he... atau pengen jadi kayak pak Andi yang super kayak dan baik hati, he...

    BalasHapus
  24. cb ajak saya mba kita dpt banyak, lebaran tahun lalu kita sama2 mkn siang ya....,xixi.

    BalasHapus
  25. wah lucu mba,nti klo anak ku dah besar tak suruh ke rmh nya pk andi biar dpt ampao gede,,,,,hahahhahaha....ngarep nih.

    BalasHapus
  26. yiaa,,itu lah mbak..kenapa di sini ngak da yang begituu....

    BalasHapus
  27. sudah berulang kali ku baca,ngga bosan2 nya. lucu dah sampai mau sakit perut ane baca nya....

    BalasHapus
  28. @all: wah, terimakasih teman-teman, sudah membaca dan berkomentar, :)

    BalasHapus
  29. kok diriku ga dapet hamburan uang ya mb,, dr pak,,,, yg anaknya anggota yg trhormat hiii

    BalasHapus
  30. di cetak dong mba biar sewaktu-waktu klo stress bisa baca nya biar hilang....

    BalasHapus
  31. Jadi pengen berkunjung kesana biar dapat uang banyak.. hehe

    BalasHapus
  32. sadar bah sudah mbak
    saya ketawa kan karna cerita yang mbak buat lucu

    BalasHapus
  33. Teruskan menulis dan selalu bersemangat, ngomong-ngomong, ni pengalaman lebaran kemaren ya?

    BalasHapus
  34. ada-ada aja mbak nih, pengalaman lebaran yang berkesan. Nice, :)

    BalasHapus
  35. wahhh...jadi ketawa 25 senti baca ini :D moga menang dik, tuh komennya dah mengulaaaarrrr ^^

    BalasHapus
  36. @umi_az: aku gak pernah ikut berebut um, Aku selalu ada waktu kok untuk ditelpon, silahkan ...:D

    BalasHapus
  37. @mbak Nimas Kinanthi: iya tah mbak? berkat sampean juga ki, ayo mbak ajakin lagi yang lain buat ikutan ngomen, :D

    BalasHapus
  38. Assalamualaikum mbak, ^_^. Wah, mbak udah ikutan event lagi nih, ceritanya lucu nih mbak, kalau aku, pasti gak mau pulang-pulang tuh nungguin uang. Keep Fight mbak! semoga menang di event ini ya, :D

    BalasHapus
  39. @Mely: hooh nih, lagi semangat ikutan beginian. Masih ada waktu untuk ikut juga nih dek,

    BalasHapus
  40. Mbak, kapan-kapan nulis tema-tema pengalaman menarik seperti ini lagi ya di blog Salimah,,,

    BalasHapus
  41. bagus mba.. Pengen bisa nulis juga deh ;)

    BalasHapus
  42. Lucu, lucu..hehe..
    Bacanya jadi senyam-senyum sendiri (soalny g bs ketawa, byk org lain..hehe..)
    T'nyt ada jg ya org kyk gt di dunia nyata, kaya raya n dermawan. klo d t4q ada pasti rumahny bakalan diserbu sm orang2..:)
    tp klo blh saran,mgkn bs dibahas dikit ttg manfaat hartanya p Andi utk agama, ex. apakh dy jg b'sodaqoh utk mendirikan mesjid, panti asuhan, pesantren, dll.. jd biar ada sdkt hikmah bg org kaya utk smgt m'infakkan hartanya utk agama...
    Ma'a najah!

    BalasHapus
  43. @Nurlaila: ini ela ya? kok bahasa tulisannya beda? hihi.. maannajah juga, :D

    BalasHapus
  44. Oke deh kakak, moga menang di event ini,,

    BalasHapus
  45. cerita bagussss,,,,jd pengen kerumah pak Andi

    BalasHapus
  46. membaca pengalaman mbak penulis sy jadi iri,karena di kendari ga ada tuh yang kayak pak andy...
    hidup pak ANDY!!

    BalasHapus
  47. boleh lagi kirimkan tulisan terbaru...
    kami tunggu ..!!!

    BalasHapus
  48. ayo mbak nulis lagi, tulisanya bagus kok.. :)

    BalasHapus
  49. kalau mau kaya kayak pak Andi ya harus kerja keras dan doa terus menerus..

    BalasHapus
  50. Ketika kita diberi cobaan rezeki yang berlimpah oleh Allah SWT, janga sampailah kita menjadi orang yang futur nikmat dan tidak mau berbagi dengan sesama dengan mengeluarkan zakat, sedekah, infaq. karena Rezeki yang ditipkan Allah kepada kita terdapat rezeki orang fakir, miskin, fisabilillah...

    BalasHapus
  51. @nichi: masih bisa dek, diundur sampe tanggal 23. :)

    BalasHapus
  52. @Fahril: cari di Kendari, siapa tahu dapat, :D

    BalasHapus
  53. @Makmur: ikut komen juga pak? betul sekali. Salam super pak!!

    BalasHapus
  54. @Lafiah: sepakat sekali dengan pendapat itu,

    BalasHapus
  55. "ceritanyaa lucuuu,,, bikin senyum senyum sendiri, lama lama ngakak deh :D. Coba ada org kaya Pak Andi dsini yaa, dijamin rumahnya ga pernah sepi :-)

    BalasHapus
  56. @Kayun: iya tah? baguslah kalau gitu, cukup menghibur dirimu kan? ;D

    BalasHapus
  57. hmm... sepertinya saya mengerti siapa sang juragan

    BalasHapus
  58. subhanalloh mudahan jadi inspirasi kita semua untuk selalu berbagi walau tidak di dalam bulan Romadhon atau pas Lebaran

    BalasHapus
  59. @Esti Nur: betul sekali, kalau banyak orang kaya berfikiran sama denganmu, cepat maju negeri kita ini, :)

    BalasHapus
  60. @Mas Karno: amin ... amin... terimakasih sudah membaca Mas, :)

    BalasHapus
  61. Ikut meramaikan sahabat deh..
    cerita yang bagus dan keren
    semoga menang ya ....
    hehehhe
    :)

    BalasHapus
  62. @Mbak Tasmilah: iya mbak, Amin. Ternyata dimanapun selalu ada orang baik ya, :)

    BalasHapus
  63. @Ahmad Saadillah: hehe, sama-sama mas, :)

    BalasHapus
  64. pngen punya uang banyak biar bisa bantu banyak orang.. :D

    BalasHapus
  65. pengen punya banyak uang biar bisa kemana-mana, biar bisa ke surga juga...:D

    BalasHapus
  66. Kalau bisa tulisannya lebih banyak lagi, kayaknya seru kalo ceritanya lebih detil.. hehe

    BalasHapus
  67. Blognya kok belum ada tulisan baru mbak ??

    BalasHapus