Kamis, 20 September 2012

Surat untuk Ibu di Surga


17 Agustus
Buat Ibu di surga,
Ini surat pertama Nisa buat Ibu setelah sekian lama Nisa tak berbincang dengan Ibu. Bagaimana kabar Ibu di sana? Sehat, kan? Apakah Tuhan menjaga Ibu di samping-Nya? Apakah malaikat-Nya setia menemani Ibu dan membuat Ibu tidak kesepian?
Alhamdulillah jika seperti itu. Nisa bersyukur Ibu bisa bahagia di sana. Nisa senang jika Ibu menemukan kedamaian di sana. Nisa senang akhirnya Ibu bisa tersenyum di sana. Ibu tidak susah lagi memikirkan Nisa yang tiap hari nakal, bapak yang tiap hari marah-marah, Mas Aga yang berantem melulu, atau Mas Dinnu yang pulang malem terus. Nisa bahagia Tuhan telah menjaga Ibu dengan baik di sana.
Tapi, Nisa juga sedih. Sedih... sekali, karena Ibu tidak ada di sini lagi buat menemani Nisa. Ibu tidak ada di sini lagi buat Nisa peluk kalau Nisa lagi sedih. Ibu tidak ada lagi buat marah-marahin Nisa kalau Nisa pulang malam-malam, atau juga ngingetin Nisa buat shalat Isya’ dulu sebelum tidur.
Ibu,
Ibu inget nggak waktu dulu Nisa pulang dari rumah Ana dengan baju kotor karena habis hujan-hujanan? Bapak marah. “Kenapa kamu hujan-hujanan? Kalau sakit baru tahu rasa kamu!” bentak Bapak saat itu. Ternyata benar, habis itu selama 3 hari Nisa sakit demam. Akhirnya, Ibu jadi repot harus merawat Nisa. Akhirnya, sejak hari itu, Nisa berjanji tidak akan pernah hujan-hujanan lagi.
Ibu masih inget waktu kita sekeluarga pergi tamasya ke kebun binatang? Nisa seneng banget hari itu karena bisa berkumpul bersama Ibu, Bapak, Mas Aga, dan Mas Dinnu. Kita jarang banget berkumpul, Bu. Tapi hari itu kita bisa bersama-sama bermain sampai puas. Nisa seneng banget hari itu.
Ibu, Nisa kangen sama Ibu. Kangen... banget!
Nisa kangen nasi goreng buatan Ibu. Nisa kangen dibangunin Ibu shubuh-shubuh buat shalat. Nisa kangen Ibu marahin Nisa. Nisa kangen naik sepeda bareng Ibu. Nisa kangen belanja di pasar sama Ibu. Nisa kangen suara lembut Ibu. Tapi, kenapa Ibu pergi secepat ini?
Tak sayangkah Tuhan pada Nisa dan meninggalkan Nisa sendirian di sini? Sementara Ibu sudah senang berada di surga? Kalau seperti ini, Nisa lebih baik ikut Ibu saja di surga.
Tapi, kalau Nisa ikut Ibu ke surga, bagaimana dengan Bapak, Mas Aga, dan Dinnu? Nisa tidak mau Bapak nangis lagi seperti waktu kehilangan Ibu. Iya, Bu, waktu Ibu pergi, bapak nangis. Padahal belum pernah Nisa lihat Bapak nangis. Hanya Mas Aga yang tidak nangis saat itu. Tapi, Nisa tahu Mas Aga nangisnya di kamar mandi. Mungkin Mas Aga malu kalau harus nangis di depan banyak orang.
Jadi, Nisa harus tetep di sini, ya, Bu?! Ibu tidak apa-apak, kan, di sana sendirian? Nisa yakin Tuhan akan menjaga Ibu lebih baik dari siapapun juga. Termasuk Nisa.
Ibu sayang,
Ada banyak hal yang sebenarnya ingin Nisa katakan kepada Ibu. Nisa belum sempet ngomong sama Ibu, tapi Ibu sudah lebih dulu dijemput oleh malaikat ke surga. Nisa minta maaf karena tidak dari dulu Nisa bilang sama Ibu. Tapi, Nisa harap surat ini bisa Ibu baca, agar Ibu semakin tenang di sana.
Ibu, Nisa mau minta maaf sama Ibu. Mungkin selama Ibu hidup di dunia ini, Nisa banyak mengecewakan Ibu. Nisa bukan anak yang baik di mata Ibu. Nisa tidak bisa dijadikan kebanggaan buat Ibu. Maafin Nisa, ya, Bu. Nisa berjanji mulai saat ini Nisa akan jadi anak yang baik. Nisa akan menurut semua kata-kata Bapak, Mas Aga, dan Mas Dinnu. Nisa akan rajin shalat. Nisa akan jadi anak yang bisa dibanggakan.
Makasih buat semua yang telah Ibu berikan kepada Nisa. Makasih buat menjadi Ibu paling baik di seluruh dunia. Tidak akan pernah ada seorang pun di dunia ini yang bisa menggantikan Ibu di hati Nisa.
Kata Bu Guru, salah satu yang bisa bikin Ibu bahagia di sana adalah Nisa harus banyak-banyak berdoa buat Ibu. Makanya, tiap hari Nisa selalu berdoa buat Ibu. Semoga itu cukup buat membalas kebaikan Ibu kepada Nisa.
Semoga di sana Ibu disayang oleh Tuhan. Amin.

Yang Sangat Rindu kepada Ibu,
Nisa


Sumber gambar dari sini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar