Kamis, 13 September 2012

Agar Ujian dan Cobaan Berbuah Kenikmatan


Penulis: Muhaimin Al Qudsi
Penerbit: Diva Press
Tahun Terbit:2012

Tidak ada orang yang tidak pernah merasakan susah atau senang. Setiap hari keduanya saling bergantian. Hidup kita, setiap saat pun demikian, merasakan kebahagiaan hidup dan kegelisahan hidup. Entah, apa penyebabnya. Terlepas dari sebab akibatnya yang pasti keduanya adalah pemberian Allah. Karena keduanya pemberiaan Allah, berarti sebenarnya itu adalah nikmat dari-Nya.
Sangat sulit, menikmati hidup yang sekarang ini. Bersyukur sering kali tergadaikan dengan rayuan-rayuan nikmat yang dimiliki. Lupa bahwa segala sesuatu yang ada di samping, kanan-kiri, depan-belakang, dan atas-bawah ada menjadi nikmat yang diberikan Allah—termasuk susah dan senang.

Dalam hidup ada dua rasa, yakni senang dan susah. Sekarang susah, besuk senang; dan sekarang senang besuk susah. Inilah hukum alam. Ada panas, ada dingin; dan ada siang, ada malam, terus demikian silih berganti. Untuk itu, senang dan susah adalah dua rasa yang melekat pada Anda, dan bersiklus silih berganti. Entah kita mendahulukan yangmana? Jika mendahulukan senang, maka bisa dijamin bahwa setelahnya pasti mendapatkan susah. Pikir dan renungkan, apa yang kira rasakan sekarang? Apa kondisi hati kita? Senang atau susah?

Namun, kita tidak boleh takut atau menghindar dari hukum alam yang sudah ditentukan. Sebab semuanya ada hikmahnya, ilmu yang terkandung dari sebuah kesusahan lebih banyak daripada kesenangan. Dan, ujian orang yang susah itu lebih ringan daripada orang yang senang.

Ujian atau Hukuman

Catatan yang patut diingat, ujian lazimnya diberikan kepada meraka yang akan mencapai tahapan selanjutnya. Semisal, anak sekolah yang mau kenaikan kelas, maka harus melewati ujian dahulu. Sedangkan hukuman lazimnya diberikan kepada mereka yang bersalah. Bisa dibilang sangsi karena melanggar aturan yang ditetapkan.

Berbicara ujian dan hukuman, bisa kita telaah sekilas. Bahwa, kita selama ini sering kali mendapatkan masalah atau apapun yang tidak menyenangkan dan sempat membuat kita kelabakan. Pasti kita pernah berpikir, bahwa masalah tersebut adalah ujian dari Allah, dan kadang juga bahwa masalah tersebut adalah hukuman dari Allah.

Nah, seperti apa perbedaan ujian dan hukuman yang dikaitkan dengan agama, seperti lazimnya kepada siapa ujian dan hukuman itu berikan! Semestinya kita sudah mengetahui semua musibah yang dihadapinya, berupa ujian atau hukuman. Ciri-ciri dari ujian, biasanya untuk mereka para ahli ibadah, rukun Iman dan Islam beres, iman dan taqwa teguh, pembela kebenaran, dan yang pasti perbuatnya selalu didasarkan pada kebaikan yang berlandaskan al-Quran dan Hadis. Sedangkan ciri-ciri hukuman, biasanya untuk mereka yang lalai melakukan rukun Iman dan Islam, iman dan taqwanya selalu tergadai ke dalam kemaksiatan, seringkali berbuat ketidakbaikan.

Sudah jelas kiranya, ketika kita mendapat musibah, segera mungkin intropeksi diri, kesalahan apa, kelalaian apa yang diperbuat kepada Allah. Sudahkan sholat, zakat, puasa, akhlak, dan sebagainya sudah kita lakukan dengan iklas. Jangan-jangan sudah kita lakukan tetapi belum diterima oleh Allah, atau malah kita seringkali lalai untuk mengerjakannya. Nah, inilah yang paling baik dilakukan saat kita mendapat musibah. Tidak menyalakan orang lain yang menjadi sebab atas musibah yang menimpah.

Jadi, rasanya belum pantas apabila berbicara bahwa musibah ini adalah ujian dari Allah. Sebab, diri sendiri saja masih seringkali meluangkan waktu untuk berdosa. Alias, sering maksiat. Sehingga yang pantas buat kita yang masih terkurung dosa, bahwa musibah ini adalah hukuman dari Allah. Maka, mulai sekarang kita perbaiki kekurangan-kekurangan yang belum kita kerjakan—Ibadah kepada Allah dengan ikhlas.

Untuk itu, kita yang saat ini sadar bahwa musibah ada adalah nikmat, patut disyukuri sebab berkat musibah tersebut kita pun bisa semakin dekat dengan Allah. Dan mari kita rubah, musibah ini menjadi hal yang positif buat kita.
Melalui buku cerdas inilah yang akan memberitahukan kepada kita tentang beragam cara membuat ujian atau hukuman berbuah kenikmatan. Misalnya, dengan cara bertawakkal, bersabar, ridha atas semua pemberian Allah dan berpikir positif. Termasuk cara yang tepat dalam menyikapi ujian atau cobaan dalam kehidupan.

Dengan begitu, kita akan tau alasan dari mengapa ada ujian atau hukuman dalam hidup? Apakah ujian dan cobaan dapat berubah menjadi peluang bagi Anda? Adanya buku “Agar Ujian Cobaan Berbuah Kenikmatan” bermaksud demikian. Di sinilah, dikupas tuntas jawaban atas berbagai pertanyaan tersebut. Dengan mengkaji buku ini, Anda bisa senantiasa mengambil nilai positif dari setiap ujian atau hukuman, mengetahui beragam alasan adanya musibah dalam hidup, bahkan menjadikan musibah sebagai peluang yang baik bagi Anda.

Namun yang paling penting dalam hidup adalah stabil hatinya. Dalam kondisi senang, maka kita harus tidak boleh merasa terlalu senang, dan dalam kondisi susah kita tidak boleh merasa terlalu susah. Sebab “terlalu” itu dekat dengan “tidak”. Jika “terlalu sayang”, maka dekat dengan arti “tidak sayang”; “terbaik”, maka dekat dengan arti “tidak baik”. Maka apapun yang ada di sekitar kita, baik berupa musibah, kesenangan, atau apapun (harta benda) akan menjadi sumber kenikmatan. Dan, kenikmatan yang paling utama adalah dekat dengan Allah. Mari bersyukur, hidup sudah ada yang mengatur bukan?

Bayu Tara Wijaya
Pengasuh Sanggar Baca Pustaka banyak belajar di LKP2M UIN-Maliki Malang & Komunitas School of Writing (SHOW)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar