Selasa, 28 Agustus 2012

Lebaran biasanya menjadi momen yang istimewa bagi semua umat muslim di seluruh dunia. Ada yang mengadakan acara reuni lah, kumpulan keluarga lah, halal bihalal lah dst. Singkatnya benar-benar kegiatan yang mengundang keramaian ... hehehe. Tidak mau ketinggalan kami anak-anak alumni dari MA Matholi’ul Huda Troso, kemarin juga mengadakan acara yang bertajuk Reuni Akbar dan Halal bi Halal Alumni Emha Troso. Disebut reuni akbar karena reuni ini dihadiri oleh teman-teman dari angkatan 2006-2012.

Jujur saja nie, sejak TK sampai Aliyah, Aida yang selalu sekolah di Matholi’ul Huda Troso baru kali ini loh, diadakan acara reuni untuk para alumni tercinta. Ya, meski pun acara-nya sederhana, tapi semoga bisa bermanfaat dan  menghibur banyak orang. Apa lagi setelah kita lulus dari sekolah, kan otomatis jalan kehidupan kita sudah beda-beda ada yang sudah menikah, ada yang sudah bekerja, ada yang kuliah dst. Namun dengan diadakanya acara reuni ini kita semua bisa bercengkerama lagi, berkumpul lagi, ketawa bareng lagi dst. Pendeknya benar-benar kesempatan pertemuan yang langka.

Acara reuni yang di adakan pada (23/08/2012) kemarin benar-benar menjadi ajang temu kangen bagi sejumlah alumnus. Sama sekali tidak ada perbedaan atau sekat antara angkatan baru dan angkatan lama. Semuanya membaur duduk lesehan tanpa ada gengsi. Tidak peduli, mereka yang sudah menjadi ibu rumah tangga atau belum, semuanya juga terlihat masih muda, cantik, dan ganteng. Aida sendiri sebenarnya agak canggung juga kalau di suruh kumpul sama kakak kelas, tapi karena orangnya pada friendly not arrogant, akhirnya rasa canggung dan takut hilang seketika. 
 hehehe Aida naik panggung loh :p
 hayo... bagaimana ... ??? nge-MC-nya bagus tidak ... ???
kita semua sama, 
duduknya juga pada akur semua
saling bersalaman untuk maaf-maafan,di belakang baju merah yang pakai kacamata
 itu adalah penggagas acara reuni ini ...

Gagasan acara reuni ini itu sebenarnya adalah ide kak Muhammad Edi Sugiarto. Katanya dia terinspirasi dari acara di salah satu stasiun televisi swasta yang menayangkan acara gegap gempita pagelaran reuni SMA negeri di Jakarta. Setelah dia menyampaikan usulnya melalui facebook untuk diadakan acara reuni, ternyata banyak alumnus lain yang komen posituf dan akhirnya jadilah acara reuni dengan tema Reuni Akbar dan Halal bi Halal Alumni Emha Troso.

Guru kita, dan teman kita, mereka adalah orang-orang yang selalu berseteru, bertengkar, kemudian berdamai. Antara kita dan teman kita mungkin dulu adalah musuh yang saling bersaing. Antara kita dan guru kita mungkin dulu adalah orang yang berbeda pendapat. Namun tampa mereka kita juga tidak akan bisa menjadi dewasa dan tidak bisa menjadi apa-apa.

Guru dan teman, mereka adalah orang yang mengajarkan Aida untuk menjadi dewasa. Tanpa mereka semua impian yang tersusun tidak akan bisa terwujud karena mereka adalah orang-orang yang membantu menjaga dan melindungi impian Aida. Entah suatau hari impian itu menjadi nyata atau tidak? kita menjadi sukses atau tidak? mereka tidak pernah perduli. Dengan setukus hati mereka menemani, mendidik, dan menyayangi  kita.
baju merah yang berdiri di depan Aida itu adalah Meme,

dia sahabat Aida :D ... 
kerudung abu-abu baju kotak-kotak adalah Ella,
dia rival Aida dalam hal puisi loh :p  
 nah, ini guru-guru Aida di MTs dan MA :D
Aida mau mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu terlaksananya acara ini. dan semoga kalian selalu diberkahi dan dilindungi oleh Allah. Tak ada imbalan sepeser pun yang pantas diberikan kepada kalian kecuali pahala dari-Nya yang dapat menyelamatkan kita di hari akhir nanti. Thank my friend and my teacher, you're the best and always stay in my heart.

Kontributor: Sinna Saidah Az-Zahrah
102

Senin, 27 Agustus 2012


Pengarang : Fanayun
Penerbit : Easymedia
Tahun terbit : Juli 2010
Jumlah halaman : xii + 182 halaman
ISBN/EAN : 9786029707823

Dalam dunia ini Tuhan selalu menciptakan berpasangan yaitu, pertemuan dan perpisahan. Tapi bagaimana jika yang terjadi adalah perpisahan dengan pacar. Pacar yang selalu membuat kita bahagia setiap harinya, bisa membuat senyum sendiri ataupun seseorang yang selalu kita pikirkan setiap saat. Pasti patah hati, bukan?

Buku besutan Fanayun yang berjudul “Bye-bye Patah Hati” ini mengulas tentang bagaimana caranya untuk bisa sembuh dari penyakit bernama patah hati. Buku yang termasuk dalam jenis nonfiksi populer ditambah gaya bahasa yang mudah meresap, membaca buku ini seperti mendengarkan sebuah curhatan seorang teman. Buku yang berisi empat sub judul di tambah beberapa kategori yang berawal apa itu patah hati dan diakhirkan cara mengobati patah hati, disusun dengan cara apik dan teratur. Dalam buku ini terdapat definisi, penyebab, tindakan setelah putus dan ditambah dengan percikan cerita mini yang membuat komposisi buku ini sangat layak untuk dibaca.

Kekurangan dalam buku ini adalah bahasa yang terlalu “feminim”. Kita ketahui patah hati bisa menyerang siapa saja. Baik itu remaja, dewasa, orang tua, laki-laki ataupun perempuan. Satu keganjilan yang mencolok dari segi bahasa yang menyebutkan bahwa perempuan saja yang selalu diungkit selalu terkena patah hati. Dan penambahan covernya pun menguatkan pernyataan bahwa buku ini khusus untuk dibaca oleh perempuan saja. Tapi kenyataannya buku ini bisa dibaca untuk semua kalangan. Terlepas dari semua itu buku ini sangat membantu untuk para insan yang sedang mengalami patah hati dan mencoba untuk melupakan sang mantan yang telah memberi warna pada kehidupan kita pada tempo lalu.


Diresensi oleh Adit Mulyana di http://jamtanganpunya.blogspot.com/


0


Judul Buku : Agar Ujian & Cobaan Berbuah Kenikmatan
Penulis       : Muhaimin al Qudsy
Terbitan       : Januari 2012
Penerbit      : DIVA Press-Yogyakarta
Harga          : Rp. 35.000

Tidak ada orang yang tidak pernah merasakan susah atau senang. Setiap hari keduanya saling bergantian. Hidup kita, setiap saat pun demikian, merasakan kebahagiaan hidup dan kegelisahan hidup. Entah, apa penyebabnya. Terlepas dari sebab akibatnya yang pasti keduanya adalah pemberian Allah. Karena keduanya pemberiaan Allah, berarti sebenarnya itu adalah nikmat dari-Nya.

Sangat sulit, menikmati hidup yang sekarang ini. Bersyukur sering kali tergadaikan dengan rayuan-rayuan nikmat yang dimiliki. Lupa bahwa segala sesuatu yang ada di samping, kanan-kiri, depan-belakang, dan atas-bawah ada menjadi nikmat yang diberikan Allah—termasuk susah dan senang.

Dalam hidup ada dua rasa, yakni senang dan susah. Sekarang susah, besuk senang; dan sekarang senang besuk susah. Inilah hukum alam. Ada panas, ada dingin; dan ada siang, ada malam, terus demikian silih berganti. Untuk itu, senang dan susah adalah dua rasa yang melekat pada Anda, dan bersiklus silih berganti. Entah kita mendahulukan yangmana? Jika mendahulukan senang, maka bisa dijamin bahwa setelahnya pasti mendapatkan susah. Pikir dan renungkan, apa yang kira rasakan sekarang? Apa kondisi hati kita? Senang atau susah?

Namun, kita tidak boleh takut atau menghindar dari hukum alam yang sudah ditentukan. Sebab semuanya ada hikmahnya, ilmu yang terkandung dari sebuah kesusahan lebih banyak daripada kesenangan. Dan, ujian orang yang susah itu lebih ringan daripada orang yang senang.

Ujian atau Hukuman
Catatan yang patut diingat, ujian lazimnya diberikan kepada meraka yang akan mencapai tahapan selanjutnya. Semisal, anak sekolah yang mau kenaikan kelas, maka harus melewati ujian dahulu. Sedangkan hukuman lazimnya diberikan kepada mereka yang bersalah. Bisa dibilang sangsi karena melanggar aturan yang ditetapkan.

Berbicara ujian dan hukuman, bisa kita telaah sekilas. Bahwa, kita selama ini sering kali mendapatkan masalah atau apapun yang tidak menyenangkan dan sempat membuat kita kelabakan. Pasti kita pernah berpikir, bahwa masalah tersebut adalah ujian dari Allah, dan kadang juga bahwa masalah tersebut adalah hukuman dari Allah.

Nah, seperti apa perbedaan ujian dan hukuman yang dikaitkan dengan agama, seperti lazimnya kepada siapa ujian dan hukuman itu berikan! Semestinya kita sudah mengetahui semua musibah yang dihadapinya, berupa ujian atau hukuman. Ciri-ciri dari ujian, biasanya untuk mereka para ahli ibadah, rukun Iman dan Islam beres, iman dan taqwa teguh, pembela kebenaran, dan yang pasti perbuatnya selalu didasarkan pada kebaikan yang berlandaskan al-Quran dan Hadis. Sedangkan ciri-ciri hukuman, biasanya untuk mereka yang lalai melakukan rukun Iman dan Islam, iman dan taqwanya selalu tergadai ke dalam kemaksiatan, seringkali berbuat ketidakbaikan.

Sudah jelas kiranya, ketika kita mendapat musibah, segera mungkin intropeksi diri, kesalahan apa, kelalaian apa yang diperbuat kepada Allah. Sudahkan sholat, zakat, puasa, akhlak, dan sebagainya sudah kita lakukan dengan iklas. Jangan-jangan sudah kita lakukan tetapi belum diterima oleh Allah, atau malah kita seringkali lalai untuk mengerjakannya. Nah, inilah yang paling baik dilakukan saat kita mendapat musibah. Tidak menyalakan orang lain yang menjadi sebab atas musibah yang menimpah.

Jadi, rasanya belum pantas apabila berbicara bahwa musibah ini adalah ujian dari Allah. Sebab, diri sendiri saja masih seringkali meluangkan waktu untuk berdosa. Alias, sering maksiat. Sehingga yang pantas buat kita yang masih terkurung dosa, bahwa musibah ini adalah hukuman dari Allah. Maka, mulai sekarang kita perbaiki kekurangan-kekurangan yang belum kita kerjakan—Ibadah kepada Allah dengan ikhlas.

Untuk itu, kita yang saat ini sadar bahwa musibah ada adalah nikmat, patut disyukuri sebab berkat musibah tersebut kita pun bisa semakin dekat dengan Allah. Dan mari kita rubah, musibah ini menjadi hal yang positif buat kita.

Melalui buku cerdas inilah yang akan memberitahukan kepada kita tentang beragam cara membuat ujian atau hukuman berbuah kenikmatan. Misalnya, dengan cara bertawakkal, bersabar, ridha atas semua pemberian Allah dan berpikir positif. Termasuk cara yang tepat dalam menyikapi ujian atau cobaan dalam kehidupan.

Dengan begitu, kita akan tau alasan dari mengapa ada ujian atau hukuman dalam hidup? Apakah ujian dan cobaan dapat berubah menjadi peluang bagi Anda? Adanya buku “Agar Ujian Cobaan Berbuah Kenikmatan” bermaksud demikian. Di sinilah, dikupas tuntas jawaban atas berbagai pertanyaan tersebut. Dengan mengkaji buku ini, Anda bisa senantiasa mengambil nilai positif dari setiap ujian atau hukuman, mengetahui beragam alasan adanya musibah dalam hidup, bahkan menjadikan musibah sebagai peluang yang baik bagi Anda.

Namun yang paling penting dalam hidup adalah stabil hatinya. Dalam kondisi senang, maka kita harus tidak boleh merasa terlalu senang, dan dalam kondisi susah kita tidak boleh merasa terlalu susah. Sebab “terlalu” itu dekat dengan “tidak”. Jika “terlalu sayang”, maka dekat dengan arti “tidak sayang”; “terbaik”, maka dekat dengan arti “tidak baik”. Maka apapun yang ada di sekitar kita, baik berupa musibah, kesenangan, atau apapun (harta benda) akan menjadi sumber kenikmatan. Dan, kenikmatan yang paling utama adalah dekat dengan Allah. Mari bersyukur, hidup sudah ada yang mengatur bukan?

Bayu Tara Wijaya
Pengasuh Sanggar Baca Pustaka banyak belajar di LKP2M UIN-Maliki Malang & Komunitas School of Writing (SHOW)
Diresensi dan dipublikasikan di www.malang-post.com


0

Mencegah Semut Datang
Jika dirumah kita ada makanan manis, tentu semut-semut akan berdatangan. Namun, sebelum semut pengganggu datang, alangkah baiknya jika kita mencegahnya. Ada beberapa cara untuk mencegah semut menyerang makanan kita:
Kita membutuhkan jeruk sitrun. Peras jeruk dan lumurkan perasan jeruk pada sekitar tempat yang kemungkina didatangi semut.
-          Dengan bubuk kayu manis. Bungkus bubuk kayu manis dengan kain tipis. Letakkan pada tempat yang rentan didatangi semut.
-          Baking soda dapat mencegah semut. Tuangkan pada tempat-tempat yang biasa dilalui semut, dengan begitu mereka tidak akan melintasinya.
-          Menaburkan bubuk kopi di sekitar tempat yang rawan didatangi semut.
-          Menggunakan kulit jeruk juga bisa mencegah semut berdatangan. Caranya blender kulit jeruk, dan tuangkan pada lubang semut. Hal ini untuk mencegah semut dari penyebaran.
-          Semut sangat tidak menyukai cuka. Semprotkan cuka di sekitar pintu dan tempat-tempat lain yang seringkali dicari semut untuk mengusir mereka. Bisa juga mencampurkan cuka dengan madu. Latakkan pada tempat yang seringkali dikerumuni semut.
-          Menggunakan bedak bayi. Bedak bayi ternyata dapat menghentikan jejak semut. Sehingga semut tidak lagi memiliki jalan untuk menyerbu makanan kita.
-          Degan menuangkan air mendidih pada jalur semut. Itu akan menghilangkan jejak aroma.

Membasmi Semut
Kehadiran segerombol semut ke rumah kita memang sangat mengganggu. Untuk mengusir semut kita bisa melakukan berbagai cara. Cara yang pertama dengan menggunakan daun sirih. Letakkan daun sirih di tempat-tempat semut menempel dan sering berkumpul, misalkan meja makan, toples gula atau di atas kulkas. Kalau perlu gosok-gosokkan daun sirih tersebut di area yang kita kehendaki, karena bau daun sirih agaknya membuat semut akan menyingkir.
Yang kedua adalah dengan menaburkan merica biji yang ditumbuk. Pedas merica membuat semut kalang kabut, karena semut benci aroma dari merica tersebut.
Ketiga dengan menggunakan jagung giling kasar dapat membasmi semut. Teori dibalik ini adalah semut yang makan jagung giling kasar, ketika ia minum air jagung giling itu akan mengembang pada perut, yang akhirnya membunuh semut-semut itu.
Keempat dengan larutan sabun cuci cair. Masukkan dalam botol penyemprot, dan semprotkan pada area yang sering didatangi semut.
Kelima menggunakan abu obat nyamuk bakar. Caranya abu obat nyamuk dimasukkan ke dalam lubang semut. Masukkan sampai penuh dantidak ada celah. Kemudian tutup dengan lelehan lilin.
Keenam, dengan sirup, gula dan ragi. Campur ketiga bahan tersebut sampai menjadi pasata. Oleskan pasta pada kertas dan gunting menjadi beberapa bagian. Letakkan pada tempat yang sering dilewati semut. Dengan begitu semut akan memakannya dan teracuni oleh ragi.

0

“Allaahu Akbar, Allaahu Akbar, Allaahu Akbar.. Laailaahaillallaahu Allaahu akbar.. Allaahu Akbar Walillaailham..” gema takbir membahana di seluruh penjuru dunia. Malam kemenangan dimana seluruh kaum muslimin merayakan hari raya dengan penuh kebahagiaan. Malam itu aku ikut merayakan kemenangan bersama keluarga tercinta.  Keluarga yang tak ternilai harganya. Entah seperti apa yang akan terjadi jika anggota keluargaku ikut terseret arus tsunami yang sangat ganas itu. Aku sungguh merasa ketakutan ketika membayangkan hal itu menimpa keluargaku.

Pagi hari itu, dengan egois  aku mengajak orang tuaku untuk pergi ke kota untuk membeli buku-buku yang memang tidak tersedia di tempat tinggalku. Waktu itu aku masih berusia 13 tahun dan menduduki kelas 1 SMP sehingga keperluanku pun kian bertambah.

Aku terus saja merengek minta pergi ke toko buku. Namun orang tuaku tidak mengizinkanku, khususnya Ibu. Aku tidak terima itu karena sebelumnya Ibuku sudah berjanji akan membelikanku buku. Aku terus menangis sejadi-jadinya hingga akhirnya aku pun menyerah dan duduk sambil terisak. Tiba-tiba saja kursi yang ku duduki bergetar. Gantungan di langit-langit rumahku bergetar, lampu hias d ruang tamu ikut bergetar. Karena kesal, aku tak memerdulikan itu, karena yang hanya ada di otakku adalah buku, buku dan buku. Semakin lama getaran itu semakin kuat dan berlangsung cukup lama. aku mulai curiga.

“Ah, paling adik yang menggoyang-goyangkan kursi. Gantungan dan lampu hias itu diterpa angin” pikirku sesaat.

Apa yang ku pikirkan langsung terkoreksi ketika ku lihat Adikku berdiri di hadapanku. Ibu dan Ayah juga di hadapanku. Kakak? Bukannya Kakak lagi dikamar mandi? Abang? Abang tadi di kamar. Lantas siapa yang mengguncangkan kursi, lampu, gantungan, lemari kaca yang ikut bergetar di sampingku, dan suara gemuruh itu suara apa?

Aku pun mulai panik. Orang tuaku panik. Abangku keluar dari kamar dan berkata “Ayah, gempa! gempa!” “Lailahaillallaah..”

Ibu menjerit memanggil kakakku yang berada di kamar mandi. Dan bergegas ke kamar mandi untuk menyeret Kakakku yang baru semester satu menduduki bangku Universitas Syiah kuala untuk keluar. Sedangkan Aku berlari ke kamar Nenek, Ibunda-nya Ibuku untuk mengajak keluar rumah. Kami pun keluar. Tetangga-tetanggaku ikut keluar. Gempa itu sangat dahsyat. Beruntung rumahku tidak roboh. Selayaknya semut dalam sebuah nampan yang digoyang-goyangkan, seperti itulah gempa yang terjadi 26 desember 2004 silam.

Meunasah1 yang berada di dekat rumahku mengumandangkan azan. Bukan hanya meunasah depan rumahku saja yang mengumandangkan azan, tetapi seluruh meunasah di Kota Jantho, tempat ku tinggal mengumandangkan azan.

Waktu terus berlalu. Gempa dahsyat itu pun berhenti. Kami semua masuk ke dalam rumah. Tak berapa lama kemudian, Ibu dan Ayah pergi ke kebun yang cukup jauh dari rumahku. Kami kembali melakukan aktivitas kami masing-masing. Aku menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan oleh guruku, Adik dan Abang main kelereng di halaman rumah dan Kakakku membersihkan rumah. Nenek yang kupanggil “Michik” sedang duduk di teras depan rumah.

Tiba-tiba Michik kembali masuk ke rumah dan mengatakan kepada kami bahwa ”ie laot ka di ek”2. Tentunya kami yang masih belia merasa bingung dengan pernyataan Michik-ku.

“Kapreh jinoe! Lon meujak u lampoh meuheui mak ngen yah! Ie laot ka di ek! Nekmu ngen mucut kah kiban ideh! Jeut di tueng lee yah. Bek jak sahoe. Dika! Jaga adek-adek.”3

“Geut michik”4

Nekmu adalah panggilan kami untuk nenek pihak ayah. Dan Mucut adalah panggilan untuk adik perempuan Ayah. Mucut berprofesi sebagai Guru di sebuah sekolah menengah pertama di Banda Aceh. Aku sangat dekat dengan Mucut. Setiap minggu kami kerumah nenek dan menginap disana. Setiap minggu kami pergi bersama ke laut yang jaraknya dekat dari rumah Nenekku. Apakah itu hanya sekedar bermain di pantai, mencari kerang atau tiram untuk di olah menjadi makanan, atau sering juga kulihat Ayahku membantu para nelayan menarik pukat (jala). Sungguh kekeluargaan yang sangat erat diwilayah ini. Aku sangat senang berada disini.

Astaga! Nekmu! Nekmu baru saja keluar dari rumah sakit karena Nekmu sudah sulit untuk berjalan. Lantas, apa yang terjadi jika nenekku tidak sanggup berdiri bahkan berlari ketika gempa tadi? Aku panik.

Setengah jam kemudian, Ibu dan Ayah pulang berikut Michik ikut dari belakang. Ayah dan ibu tergesa-gesa bersiap-siap pergi ke banda Aceh. Aku minta ikut. Abangku minta ikut, Ibu mengizinkannya. Aku pun minta ikut, namun ibu tidak mengizinkanku. Aku merasa heran, namun Aku hanya diam.

Selepas kepergian Ayah, Ibu dan Abang ke banda Aceh, kami menunggu dengan harap-harap cemas. Dalam hati kupanjatkan do’a agar Ayah, Ibu, Abang berhasil membawa pulang Nekmu dan Mucutku.

Beberapa jam kemudian, mobil butut milik Ayahku memasuki pekarangan rumah. Aku sangat lega melihatnya. Begitu tiba, Ibu dan Abangku turun dari mobil terlebih dahulu.  

“Mak, kiban? Hana peu-peu kan di gampong?”5

“Han jeut tamong neuk. Jalan di tutop. Mayet leu that bak PMI lambaro. Kamoe mita saboh-saboh hana nyang meuturi. Hana meurumpok meusidroe”6 ucap Ibuku dengan lirih. Kulirik Ayahku yang berada di belakang setir, terlihat muram. Aku ikut sedih. Meskipun Aku tidak langsung terbawa arus tsunami, namun Aku bisa merasakan itu semua. Bagaimana nasib saudara-saudaraku yang selamat dari gelombang tsunami itu dengan anggota tubuh yang dirampas oleh arus, tersayat puing-puing bangunan. Bagaimana mereka dengan pakaian glamour-nya ketika bepergian dan menjadi pakaian yang compang-camping ketika terselamatkan dari arus tsunami. Banyak gedung-gedung yang runtuh. Dan ada berapa banyak jiwa yang terhimpit puing-puing bangunan dan tak terselamatkan. Bagaimana mereka dapat memulai kembali hidup mereka tanpa orang-orang terkasih. Bagaimana keadaan mereka yang terpaksa merayakan hangatnya Hari Raya di tenda-tenda darurat dan tanpa keluarga yang utuh. Sungguh ini rencana Allah SWT yang tak pernah mampu kita duga. Namun, banyak hikmah dibalik ini semua. Semoga mereka yang telah dipanggil Allah SWT diterima segala amal ibadahnya, dihapuskan segala dosanya, ditempatkan disurga-Nya. Amin Amin Amin ya rabbal’alamin.

“Ayah meujak takbir u mesjid dilee beh..”7

“ikut…” pinta adikku satu-satunya. Aku tersenyum tipis melihat tingkah adikku yang kadang-kadang menjengkelkan sekaligus baik. Kami sangat sering bertengkar, namun sering pula saling bekerjasama dalam melakukan banyak hal. Apakah itu bertengkar karena hal sepele seperti siapa benar dan siapa salah, siapa yang berhak dan siapa yang tidak berhak. Dan kami bekerjasama ketika kami berniat untuk meminta ditambahkan uang saku, minta dibelikan mainan dan lain sebagainya.

Sebelum tsunami, kami merayakan malam idul fitri dikediaman nenek. Kami dengan usia kanak-kanak merayakan itu dengan perasaan penuh suka cita. Bersama saudara-saudariku, kami merayakan dengan bermain petasan, main pet-pet nyuet9, membuat obor pakai tempurung kelapa, dan sebagainya. Namun, semua itu kini hanya tinggal kenangan. Aku rindu masa-masa itu. Masa dimana Aku dapat tertawa lepas dan merasakan hangatnya keluarga. Masa-masa dimana Aku tidak merasa kesedihan sama sekali. Idul Fitri kali ini kami tidak mendatangi kediaman nenek, namun Kami hanya mendatangi kuburan massal yang bertempat di ulee lheu. Kami tidak mengetahui apakah nenek serta bibiku beristirahat disana? Entahlah. Dimanapun mereka berada, semoga Nenek dan Bibiku beristirahat dengan tenang di alam sana. Amin ya rabb.

Masa lalu biarkanlah berlalu. Masa sekarang lakukanlah seolah-olah esok kau tak dapat lagi merasakan hangatnya mentari pagi. Dan masa depan adalah rahasia Ilahi. Kita tidak mengetahui apa yang akan terjadi esok. Bahkan jutaan jiwa di belahan dunia manapun tidak ada yang mengetahui rencana-Nya. Dan masa lalu tidak akan pernah sama dengan masa sekarang. Semoga kehidupan yang kita lalui saat ini lebih bermanfaat dari sebelumnya. Segala hal yang kita rencanakan dahulu dapat terlaksana dengan baik di masa mendatang. Segala sesuatu-Nya hanya Allah azza wa jalla yang mengetahui. Maha Suci Allah.

“Allaahu Akbar, Allaahu Akbar, Allaahu Akbar.. Laailaahaillallaahu Allaahu akbar.. Allaahu Akbar Walillaailham..”

Minal Aidin wal faidzin…

________________________







1 Mushala
2 Air laut naik
3 Tunggu disini! Saya mau pergi ke kebun memanggil Ibu dan Ayah! Air laut naik! Nenek dan Bibi bagaimana disana! Biat dijemput oleh Ayah. Jangan kemana-mana.Dika! Jaga adik-adik!
4 Iya Nek
5 Bu, bagaimana? Tidak terjadi apa-apa kan di kampong?
6 Tidak bias masuk Nak. Jalan ditutup. Banyak sekali mayat di PMI Lambar. Kami cari-cari tidak ada seorang pun yang kami kenal. Tidak bertemu seorang pun
7 Ayah pergi ke mesjid mau takbiran ya!
8 Petak umpet


Kontributor: Juliska Kumalasari
3

Kamis, 23 Agustus 2012

Buku : The Power of Positive Thinking For Islamic Happy Life
Penulis : Bilif Abduh, S.S
Penerbit : Citra Risalah, Yogyakarta
Tahun Terbit : Desember, 2010
Halaman : XIV + 116 hlm

Dalam al-Khawaatir, Syekh Muhammad Mutawalli al-Sya’rawi mengatakan, “pikiran adalah alat ukur yang digunakan manusia untuk memilih sesuatu yang dinilai lebih baik dan lebih menjamin masa depan diri dan keluarga.” Lantas timbul pertanyaan, bagaimana caranya agar memiliki pikiran yang baik? Islam yang ajarannya full dengan motivasi selalu mengajarkan pola pikir positif Islami. Dalam beribadah dan berinteraksi misalnya, umat Islam senantiasa diminta husnuzhan. Karena ia adalah salah satu dasar pola pikir positif Islami.

Kini, konsep pola pikir positif yang diajarkan di dalam Islam dengan mudah bisa dipahami dan digagas dengan baik. Karena telah hadir referesensi yang sengaja didesain khusus mengupas pola pikir positif islami. “The Power of Positive Thinking For Islamic Happy Life” adalah judul bukunya. Buku yang memiliki ukuran 13 X 20 cm ini mengurai dengan rinci bagaimana menggagas dan memiliki pola pikir islami. Plus, ditampilkan 30 kisah Menuju Hidup Positif yang diiringi dengan penjelasan petikan hikmah dari masing-masing kisah.

Menurut Bilif Abduh, S.S, penulis buku ini, ada lima dasar pola pikir positif Islami. Yaitu, Husnuzhan, Tafa’ul (optimis), tawakal, al-I’timadu ‘Ala Nafsi (percaya diri) dan silaturrahmi. Dengan memiliki kelima dasar pola pikir ini, secara otomatis akan menimbulkan efek pengaktifkan “tombol” pikiran positif. Orang yang senantiasa tafa’ul misalnya, ia tak akan pernah goyah dalam menjalani hidup. Kesulitan yang dialami akan dihadapi dengan semangat, karena ia telah mengaktifkan “tombol” tersibaknya kekuatan Diri. Dengan kekuatan diri yang dimiliki, kesulitan yang dirasakan akan segera berganti menjadi kebahagian dan kesuksesan.

Karena itu, dalam sub bahasan “Tegar dalam Melangkah”, penulis mencamkan kepada pembaca, “surutnya langkah kaki seseorang, tipisnya kemauan dan semangatnya untuk maju disebabkan ia tak benar-benar mempraktikkan kekuatan besar yang dimilikinya, yaitu berpikir positif.” Artinya, hanya mereka yang tidak berani berpikir positif dalam menjalani alur hidup yang akan selalu merasakan kegagalan demi kegagalan. (hal. 33)

Optimislah dalam menjalani hidup. Pesan penulis ber-ulang kali di dalam buku ini, meski dengan redaksi yang berbeda. Berangkat dari pikiran positif, Allah SWT. tidak akan terus membiarkan hamba-Nya dalam keterpurukan. Ketika ada usaha dan upaya yang ditunjukkan, pertolongan Allah SWT. pasti datang. Allah sendiri dengan secara jelas melarang hamba-Nya berputus asa.

Akan lebih apik lagi pemahaman pembaca mengenai berpikir positif, bila dikombinasikan dengan buku “Terapi Berpikir Positif” yang ditulis oleh Ibrahim El-Fiky. Karena pembaca akan menyadari bahwa pikiran yang dimiliki ternyata mengandung kekuatan yang luar biasa. Kedua buku ini akan membuka cakrawala, bahwa kita adalah dahsyat. Jauh lebih dahsyat dari apa yang pernah kita bayangkan. Selamat membaca, menggagas dan memiliki pola pikir islami.
 

0


Banyak yang beranggapan menjadi seorang penulis itu adalah hal yang sangat sulit diwujudkan. Memang realitanya, dalam menghasilkan tulisan bagus itu tidaklah mudah.

Semua orang memang bisa menulis, namun tak semua orang mampu menciptakan karya tulis yang bagus, bermanfaat, dan syarat ilmu. Seperti halnya sekumpulan guru-guru dari Desa Purwobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Guru-guru ini memiliki impian dan tujuan yang sama, menjadi seorang penulis. Kesamaan hobi, mempertemukan dan menyatukan mereka dalam satu lingkaran kegiatan menulis.

Berawal dari perbincangan ringan antara guru-guru tersebut, akhirnya ditemukan salah satu perbincangan menarik. Kesamaan mimpi dan obsesi menjadi penulis akhirnya menyatukan mereka. Pada 2006, terbentuklah sebuah komunitas Forum Kajian Lereng Merapi (For KaLeM).

Komunitas ini dikomandani oleh Irham Sya’roni yang berprofesi sebagai guru di Darul-Hikmah Islamic Boarding School. Bersama dengan teman seprofesinya, ia membentuk forum diskusi tentang dunia literasi.

"Dengan satu kalimat motivasi kami, Jika sudah memunyai mimpi, mengapa tidak diwujudkan? Ya, memang itulah yang membuat kami bertekad mewujudkan mimpi kami menjadi penulis," ujar Irham saat dihubungi Koran Jakarta beberapa waktu lalu.

"Saat itu, kami menggelar forum diskusi mengenai literasi belum memiliki tempat dan nama forum. Kadang warung kopi dijadikan tempat asyik untuk diskusi, kadang area kampus UNY (Universitas Negeri Yogyakarta), sampai akhirnya tercetus sebuah nama yang pas untuk forum kami, yaitu Forum Kajian Lereng Merapi (For KaLeM)," jelas Irham.

Dengan bekal mimpi dan obsesi yang menggebu-gebu, mereka terus mengasah dan saling membuktikan satu sama lain, bahwa mereka mampu menyadang sebutan 'Penulis' nantinya. Hal yang pertama mereka ingin taklukan adalah bisa turut menulis dan mengisi kolom dalam berbagai media cetak, baik lokal maupun nasional.

Memang tak semua tulisan dari mereka mampu menembus kolom media cetak, hanya sebagian dari mereka yang tulisannya mampu terpampang di surat kabar.

Semangat dan mimpi menjadi seorang penulis tetap menjadi prioritas utama pada diri Irham Sya'roni. Sekalipun teman-temannya pesimis, namun Irham tak gentar menulis, dan tetap menjadi kontributor di media cetak.

Walaupun hanya sekedar menulis opini mengenai nasional, politik dan sosial, tetap membuatnya semakin terus mengembangkan hobinya tersebut.

"Memang, menjadi seorang penulis bukanlah sesuatu yang mudah, bakat menulis jika tidak ditunjang dengan niat, tak akan berjalan lama, dan mungkin akan pupus karena menjadi pesimistis," ucap Irham. Kendala Berguguran satu per satu, itulah yang dihadapi oleh For KaLeM.

Kesulitan menciptakan karya tulisan walaupun sebuah opini, nyatanya tak selalu membuat sebagian anggota For KaLeM ini selalu dimuat tulisannya. Hanya beberapa dari mereka yang berhasil memuat tulisan opininya dan menjadi kontributor media cetak.

"Banyaknya tulisan mereka yang tidak sampai dimuat di media cetak, akhirnya menimbulkan pesimistis pada diri mereka, satu per satu gugur dan meninggalkan apa yang menjadi impian dan tujuan kita saat itu, namun saya tetap bertahan," ujar Irham. Akhirnya, hanya beberapa nama yang tersisa dalam For KaLeM, yakni Irham Sya’roni, Bilif Abduh, Ulfah Nurhidayah, dan Muhaimin.

Alhamdulillah, hampir setiap bulan tulisan mereka selalu mengisi kolom opini, resensi, cerpen, dan lain-lain di media massa cetak lokal maupun nasional.

"Menjadi penulis koran ternyata tidak membuat puas, dan obsesi kami tidak berhenti sampai di situ. Mimpi kami terus berlanjut, selain menjadi penulis koran, kami menargetkan pula menjadi penulis buku," papar Irham.


Walaupun tersisa berdua dengan temannya, pada akhir 2007, Irham dan temannya mulai mencoba menulis buku. Awalnya Irham dan kawan-kawan mengumpulkan resensi-resensi tulisannya, yang kemudian dijadikan dalam bentuk buku.

"Rasa pesimistis untuk menulis buku menggugurkan kembali dua teman saya, dan akhirnya hanya tinggal saya dan satu kawan saya. Kami berdua akhirnya terus berusaha, sampai akhirnya ada penerbit yang tertarik dengan tulisan-tulisan kami," cerita Irham pada Koran Jakarta.

"Nothing is impossible, tidak ada yang tidak mungkin! Maka bergeraklah kami mewujudkan mimpi itu. Alhamdulillah, Allah SWT memberikan jalan yang tidak begitu sulit kepada kami. Beberapa penerbit menghubungi kami untuk memberikan order menerjemah (Arab dan Inggris) dan menulis naskah buku," terang Irham dengan nada senang.

Dari satu kalimat dan pekikan "Wow, benar-benar karya emas ini, Kawan!" akhirnya terinspirasi untuk mengubah nama For KaLeM. Pada 2009, lahirlah nama baru untuk mereka, Komunitas Tinta Emas atau KomTE. Sejak berdirinya KomTE, konsentrasi mereka menjadi lebih terfokus pada penulisan naskah buku.

Banyak sekali pekerjaan menulis yang harus mereka selesaikan sesuai dengan deadline. Dengan personel yang tidak banyak, tentu berat bagi mereka menyelesaikan pekerjaan yang kian menumpuk itu. Solusinya, mereka merekrut anggota baru untuk membantu merealisasikan semua pekerjaan itu.

"Alhamdulillah, atas pertolongan dan kekuasaan Allah Swt, KomTE berhasil mencetak dan mengorbitkan nama-nama penulis baru," ungkap Irham senang. Sampai saat ini, anggota KomTE yang terdata ada sekitar 50 orang ditambah beberapa anggota KomTE yang terdapat di luar wilayah Jawa.

Mereka yang berasal dari luar Jawa adalah mereka yang turut bergabung via online dari situs-situs online yang disediakan KomTE, yaitu website, Facebook, dan Email Yahoo.
Karya

SELAIN artikel dan beragam tulisan di media massa cetak lokal maupun nasional, karya KomTE yang berupa buku ternyata cukup banyak. Berikut adalah contoh karya anggota KomTE yang telah diterbitkan.

Terjemahan

Lenyapnya Israel di Tahun 2022 (Citra Risalah: 2008) Pengalaman Salat Pertamaku sehingga Menjadi Candu Bagiku (Citra Risalah: 2008) Menyingkap Dimensi Keabadian sang Nabi dalam Perspektif Injil dan Barat (Citra Risalah: 2008) Muhammad Makhluk Paling Mulia (Citra Risalah: 2008).

Editing
Misteri Ruh (Citra Risalah: 2008) Kisah Teladan Sepanjang Zaman (Citra Risalah: 2008) Ringkasan Ihya’ Ulumiddin (Citra Risalah: 2008).

Naskah
Cerita Teladan yang Menakjubkan dalam Al-Qur’an (Idea World Kidz: 2008) Around The World (Idea World Kidz: 2008) Al-Qur’an Kitabku Seri 1 (Idea World Kidz: 2008) Al-Qur’an Kitabku Seri 2 (Idea World Kidz: 2011)

Banyak karya KomTE yang tergolong sukses, baik bertema agama, pendidikan, parenting, maupun anak-anak. Di antara buku anak-anak yang paling laris di pasar adalah Around the World dan Nina Bobo. Yang disebut terakhir adalah buku yang berisikan tentang motivasi untuk anak-anak.

Cara Bergabung
CARA bergabung dengan KomTE sangatlah mudah. Anda hanya cukup memiliki niat untuk menulis dan jadi penulis. Jadi, KomTe sangat membuka peluang dan membantu siapa saja yang berniat dan bercita-cita menjadi seorang penulis. KomTE pun tidak memungut biaya kepada calon anggotanya.

Minimal mereka yang ingin bergabung harus mempunyai niat dan kecintaan menulis sehingga tidak mudah lesu ketika harus belajar menulis dan berjuang untuk menjadi penulis.

Jika berminat, Anda cukup datang ke Jalan Makam Sewu RT 05 Ngeblak, Wijirejo, Pandak, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Contact person: 0819 11 9999 53 atau 0819 11 9999 54.

Bagi yang di luar Yogyakarta, Anda tetap bisa bergabung via online, sebagaimana tertera pada website KomTE www.timkomte.com. Atau bisa juga kirim email ke tim_komte@yahoo.co.id


 Tulisan ini disalin dari http://koran-jakarta.com/index.php/detail/view01/98753

0

Sabtu, 18 Agustus 2012

Betapa bahagianya kala menjalani lebaran dengan keluarga yang lengkap. Ada kedua orang tua dan sanak saudara. Namun di tahun 2004 lalu untuk pertama kalinya keluargaku berlebaran tanpa bapak. Tentu sangat terasa perbedaan suasananya. Terasa sepi di rumah dan sepi di hati.
 
Sebenarnya saat memasuki Ramadhan 1425 H, bapak masih bersama kami. Meskipun bapak telah beberapa tahun menderita strok, namun kehadiran beliau tetap memberi warna indah dalam keluargaku. Kami sangat menyayangi beliau. Hingga memasuki sepertiga Ramadhan terakhir kemudian kondisi beliau menurun. Akhirnya keluargaku memutuskan untuk membawa beliau ke rumah sakit untuk dirawat inap.
Bapak yang sedang sakit membuat keluargaku diliputi mendung. Terutama bagiku yang merupakan seorang perawat, hal ini sedikit banyaknya membuatku merasa bersalah. Aku merasa telah lalai dalam merawat bapak di rumah. Mengapa aku tak memperhatikan tekanan darah beliau, serta mengapa-mengapa yang lainnya. Terlebih lagi ada rekan sejawat melontarkan pertanyaan, “Kok bapakmu nggak dijagain?”. Pertanyaan itu tak ayal membuatku terhenyak dan menyesal.
Aku dan ibu menjaga bapak selama di rumah sakit. Jadinya kami menginap dan sebisanya menjalani ibadah di rumah sakit. Sedangkan anggota keluarga yang lain bergantian menemani kami dan mengantarkan makanan untuk sahur dan berbuka. Ibu sangat telaten merawat bapak, jauh melebihi diriku meskipun aku adalah perawat sebenarnya.
Beberapa hari dirawat di rumah sakit kondisi bapak semakin menurun. Yang awalnya beliau masih dapat berbicara, semakin hari kesadaran beliau menurun sehingga makanan atau minuman harus diberikan lewat selang. Aku sedih karena kuduga bapak akan dimasukkan ke ICU untuk perawatan yang lebih intensif. Ternyata Allah berkehendak lain. Sebelum sempat dibawa ke ICU, bapak menghembuskan napas yang terakhir di malam 29 Ramadhan 1425 H, 2 hari jelang Idul Fitri.
Itulah pertama kalinya kami lebaran tanpa bapak. Suasana Idul Fitri tanpa dihiasi tawa ceria karena kami baru kemarin lusa ditinggalkan bapak. Ramai tamu datang, namun untuk mengucap belasungkawa. Ramai keluarga bertandang, namun untuk memberi sokongan bagi keluarga inti kami yang berduka. Tak ada kue kering di atas meja tamu. Tak ada soto banjar atau buras yang biasanya menjadi sajian rutin saat lebaran.
Di atas semuanya, kurasa hatikulah yang paling berduka. Kesedihan bertumpuk-tumpuk akibat kepergian bapak dan aku masih belum dapat memaafkan diriku yang telah lalai sebagai seorang anak yang juga perawat.
Alhamdulillah, lambat laun aku bisa keluar dari kubangan rasa bersalah. Aku memetik pelajaran, salah satu diantaranya adalah bahwa Allah Mahaberkehendak, selain Mahapengasih dan Mahapenyayang. Segala sesuatu kejadian di dunia ini adalah atas ijin-Nya.
Alhamdulillah, kini jelang Idul Fitri 1433 H, Allah masih memberiku umur sehingga masih dapat merasakan limpahan nikmat kesehatan dan kebersamaan dengan keluargaku yang masih tersisa sekarang.

9

Kamis, 16 Agustus 2012

-->
Iseng Nulis Dapat Hadiah
(INDAH)
Dalam rangka launching website Komunitas Tinta Emas (KomTE)
17 Agustus 2012
***
-->
Tema: “Kenangan Lebaran yang Tak Terlupakan”
-->
Deadline: 16 September 2012
Punya pengalaman atau kenangan menarik yang tak terlupakan seputar lebaran? Jangan disimpan sendiri ya! Jangan biarkan mengendap begitu saja di memori kamu! Buruan tulis lalu kirim kepada kami. Apa pun cerita kamu, tuangkan saja agar bisa dibaca oleh semua orang di seantero jagat raya. Boleh berupa kenangan mengharukan, menyedihkan, membahagiakan, sarat hikmah, atau bahkan kenangan lucu yang membuat kamu tak bisa berhenti tertawa kala mengingatnya.
Melalui even INDAH (Iseng Nulis Dapat Hadiah) ini, diharapkan akan terungkap begitu banyak kisah menarik, inspiratif, menggugah, maupun lucu yang berkaitan dengan semarak Idul Fitri. Even berbagi kisah ini kami harapkan bisa menjadi ajang silaturahim antarsesama, antarsaudara, juga antara penulis dan pembaca.
Ada hadiah atau kenang-kenangan menarik buat kamu yang beruntung lho!
Syarat dan Ketentuan :
  1. Terbuka untuk umum.
  2. Bukan karya orang lain.
  3. Belum pernah dipublikasikan di mana pun, kecuali di blog pribadi atau di catatan facebook pribadi.
  4. Panjang tulisan tidak terbatas.
  5. Tidak mengusik SARA dan tidak mengandung unsur pornografi/pornoaksi atau unsur ketidakpatutan lainnya.
  6. Peserta boleh mengirim lebih dari satu karya.
  7. Tulisan yang masuk ke ruang redaksi dan memenuhi syarat akan dipublikasikan di www.timkomte.com untuk proses penjurian.
  8. Bila ada perubahan ketentuan dalam bentuk apa pun akan diinformasikan melalui website KomTE www.timkomte.com .
Teknis Pengiriman Tulisan :
Pengiriman tulisan bisa dilakukan melalui 3 cara:
  1. Tulisan dikirim langsung ke email lombakomte@yahoo.com (dalam attachment).
  2. Diposting di blog pribadi kamu, lalu kirimkan url-nya atau link-nya (alamat posting) ke email lombakomte@yahoo.com
  3. Diposting di notes atau catatan facebook pribadi kamu, lalu kirimkan url-nya atau link-nya (alamat posting) ke email lombakomte@yahoo.com
Jangan lupa sertakan data diri kamu:
Nama:
Alamat lengkap:
No.Telpon/HP:
Facebook (kalau ada):
Twitter (kalau ada):
Blog (kalau ada):
Deadline :
Even INDAH ini dibuka mulai 17 Agustus 2012 dan ditutup pada 16 September 2012 pukul 15.00 WIB.
Update:
Deadline INDAH diundur sampai Ahad, 23 September 2012, pukul 20.00 WIB.
 
Pemublikasian Tulisan:
  • Setiap tulisan akan dipublikasikan di website KomTE www.timkomte.com untuk dibaca dan dinikmati para pengunjung website.
  • Pemublikasian tulisan kamu (yang kami ambil dari email, blog, atau facebook kamu) dilakukan setiap hari oleh redaksi/panitia.
  • Agar lebih terlihat menarik, kamu boleh menyertakan foto atau gambar untuk dipublikasikan bersama tulisan kamu di website kami www.timkomte.com. Tapi jangan lupa cantumkan sumber pengambilan gambar atau fotonya ya.
Yang Berhak Mendapat Hadiah
  • 3 (tiga) tulisan yang menjadi TRENDING TOPIC (mendapat komentar paling banyak dari pembaca) berhak mendapat paket hadiah/kenang-kenangan dari kami.
  • Agar menduduki deretan teratas kolom TRENDING TOPIC, kamu boleh mengundang sebanyak-banyaknya teman, saudara, ayah-ibu, tetangga, atau siapa saja untuk berkomentar di bawah postingan tulisan kamu.
Pengumuman Pemenang :
Pengumuman pemenang dilakukan pada 17 September 2012 melalui website KomTE www.timkomte.com
Hadiah :
3 tulisan yang paling banyak menuai komentar pembaca akan mendapatkan paket hadiah/kenang-kenangan sebagai berikut:
Trending Topic 1 : Paket buku senilai Rp 114.000,-
  • Buku Induk Ibadah Terlengkap : Rp 49.000,-
  • Membangkitkan Energi Diri (Self Power) : Rp 40.000,-
  • Doa & Dzikir Shalat Malam : Rp 25.000,-
Trending Topic 2 : Paket buku senilai Rp 69.000,-
  • Membangkitkan Energi Diri (Self Power) : Rp 40.000,-
  • 12 Bulan yang Diberkahi Allah : Rp 29.000,-
Trending Topic 3 : Paket buku senilai Rp 60.000,-
  • Misteri Malam Pertama : Rp 38.000,-
  • 12 Bulan yang Diberkahi Allah : Rp 22.000,-
Selamat berkarya dan teruslah menulis!
14