Kamis, 02 Agustus 2012

Sukarelawan atau Relawan?

Lampung Post, 1 Des 2010. Fadhilatun Hayatunnufus: Pegawai Kantor Bahasa Provinsi Lampung.
Sumber Gambar


Akhir-akhir ini wajah media massa dan elektronik dihiasi dengan berita tentang para pengungsi korban tsunami di Mentawai dan meletusnya Gunung Merapi serta bantuan untuk mereka yang tertimpa musibah tersebut. Salah satu berita yang saya baca di media massa adalah sebagai berikut: “Ketua Umum Palang Merah Indonesia (PMI) Jusuf Kalla meminta semua pihak tidak sembarangan mengirimkan relawan ke daerah bencana”.

Dalam berita tersebut tertulis kata relawan. Kata ini sering digunakan untuk menyatakan orang yang melakukan sesuatu dengan sukarela (tidak karena diwajibkan atau dipaksakan). Selain relawan ada juga kata sukarelawan, seperti dalam kalimat:

Kalla mengingatkan semua pihak bisa menahan diri dengan tidak sembarangan mengirimkan tenaga sukarelawan, baik ke Wasior di Papua Barat, Kepulauan Mentawai di Sumatra Barat, maupun ke daerah dekat Gunung Merapi. “Kalau bisa kirim saja sukarelawan yang memiliki keahlian membangun rumah dan mampu mengevakuasi para korban,” kata Wakil Presiden RI periode 2004-2009 itu.

Saya sering menemukan penggunaan kata relawan dan sukarelawan dalam pemakaian bahasa Indonesia. Pertanyaannya, manakah yang benar dari kedua kata itu, atau apakah kedua kata tersebut sama-sama boleh digunakan? Arti kata relawan ternyata tidak ada dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1099:2005). Yang ada adalah arti kata sukarelawan, sedangkan arti kata relawan merujuk pada kata sukarelawan.

Dalam Buku Praktis Berbahasa Indonesia dijelaskan imbuhan “wan” itu berasal dari bahasa Sanskerta. Imbuhan “wan” digunakan bersama kata benda atau kata sifat, seperti pada kata bangsawan, hartawan, rupawan, cendekiawan. Imbuhan “wan” menyatakan tentang orang yang memiliki benda atau sifat seperti yang disebutkan pada kata dasar. Jadi, bangsawan berarti orang yang memiliki bangsa atau keturunan raja dan/atau kerabatnya. Hartawan orang yang memiliki harta.

Dalam perkembangannya penggunaan imbuhan “wan” meluas. Pada kata ilmuwan, sastrawan, dan fisikawan, misalnya, imbuhan wan” menyatakan orang yang ahli dalam bidang yang disebutkan pada kata dasarnya. Dengan demikian, ilmuwan berarti orang yang ahli dalam bidang ilmu tertentu; negarawan orang yang ahli dalam bidang sastra; dan fisikawan orang yang ahli dalam bidang fisika.

Pada kata olahragawan, usahawan, dan peragawan imbuhan “wan” berarti orang yang berprofesi dalam bidang yang disebutkan pada kata dasar. Jadi olahragawan berarti orang yang memiliki profesi dalam bidang olahraga; usahawan berarti orang yang berprofesi di bidang usaha tertentu; peragawan berarti orang yang berprofesi dalam bidang peragaan.

Pada contoh-contoh tersebut terlihat imbuhan “wan” umumnya dipadankan dengan kata benda, dan ada pula yang dipadankan dengan kata sifat karena memang fungsi imbuhan “wan” adalah membentuk kata benda turunan dari kata dasar kata benda, atau kata sifat, seperti bangsa, harta, rupa, ilmu, usaha, olahraga, peraga dan cendekia.

Imbuhan “wan” tidak pernah dipadankan dengan kata kerja (verba).Berdasarkan kenyataan itu, penggunaan imbuhan “wan” pada kata relawan dipandang tidak tepat karena kata dasar rela yang berarti bersedia dengan ikhlas hati termasuk dalam kelas kata kerja. Sementara akhiran “wan” hanya diimbuhkan pada kata benda atau kata sifat. Oleh karena imbuhan “wan” lazimnya dipadankan dengan kata benda atau kata sifat, maka kata yang sebaiknya kita gunakan adalah kata sukarelawan karena kata sukarela yang artinya dengan kemauan sendiri termasuk kata sifat bukan kata rela yang termasuk kata kerja (verba).


Tidak ada komentar:

Posting Komentar