Sabtu, 18 Agustus 2012

Lebaran Pertama Tanpa Bapak

Betapa bahagianya kala menjalani lebaran dengan keluarga yang lengkap. Ada kedua orang tua dan sanak saudara. Namun di tahun 2004 lalu untuk pertama kalinya keluargaku berlebaran tanpa bapak. Tentu sangat terasa perbedaan suasananya. Terasa sepi di rumah dan sepi di hati.
 
Sebenarnya saat memasuki Ramadhan 1425 H, bapak masih bersama kami. Meskipun bapak telah beberapa tahun menderita strok, namun kehadiran beliau tetap memberi warna indah dalam keluargaku. Kami sangat menyayangi beliau. Hingga memasuki sepertiga Ramadhan terakhir kemudian kondisi beliau menurun. Akhirnya keluargaku memutuskan untuk membawa beliau ke rumah sakit untuk dirawat inap.
Bapak yang sedang sakit membuat keluargaku diliputi mendung. Terutama bagiku yang merupakan seorang perawat, hal ini sedikit banyaknya membuatku merasa bersalah. Aku merasa telah lalai dalam merawat bapak di rumah. Mengapa aku tak memperhatikan tekanan darah beliau, serta mengapa-mengapa yang lainnya. Terlebih lagi ada rekan sejawat melontarkan pertanyaan, “Kok bapakmu nggak dijagain?”. Pertanyaan itu tak ayal membuatku terhenyak dan menyesal.
Aku dan ibu menjaga bapak selama di rumah sakit. Jadinya kami menginap dan sebisanya menjalani ibadah di rumah sakit. Sedangkan anggota keluarga yang lain bergantian menemani kami dan mengantarkan makanan untuk sahur dan berbuka. Ibu sangat telaten merawat bapak, jauh melebihi diriku meskipun aku adalah perawat sebenarnya.
Beberapa hari dirawat di rumah sakit kondisi bapak semakin menurun. Yang awalnya beliau masih dapat berbicara, semakin hari kesadaran beliau menurun sehingga makanan atau minuman harus diberikan lewat selang. Aku sedih karena kuduga bapak akan dimasukkan ke ICU untuk perawatan yang lebih intensif. Ternyata Allah berkehendak lain. Sebelum sempat dibawa ke ICU, bapak menghembuskan napas yang terakhir di malam 29 Ramadhan 1425 H, 2 hari jelang Idul Fitri.
Itulah pertama kalinya kami lebaran tanpa bapak. Suasana Idul Fitri tanpa dihiasi tawa ceria karena kami baru kemarin lusa ditinggalkan bapak. Ramai tamu datang, namun untuk mengucap belasungkawa. Ramai keluarga bertandang, namun untuk memberi sokongan bagi keluarga inti kami yang berduka. Tak ada kue kering di atas meja tamu. Tak ada soto banjar atau buras yang biasanya menjadi sajian rutin saat lebaran.
Di atas semuanya, kurasa hatikulah yang paling berduka. Kesedihan bertumpuk-tumpuk akibat kepergian bapak dan aku masih belum dapat memaafkan diriku yang telah lalai sebagai seorang anak yang juga perawat.
Alhamdulillah, lambat laun aku bisa keluar dari kubangan rasa bersalah. Aku memetik pelajaran, salah satu diantaranya adalah bahwa Allah Mahaberkehendak, selain Mahapengasih dan Mahapenyayang. Segala sesuatu kejadian di dunia ini adalah atas ijin-Nya.
Alhamdulillah, kini jelang Idul Fitri 1433 H, Allah masih memberiku umur sehingga masih dapat merasakan limpahan nikmat kesehatan dan kebersamaan dengan keluargaku yang masih tersisa sekarang.

9 komentar:

  1. Saya lebaran tanpa bapak tahun 1975 ketika berada di Balikpapan. Rasanya memang sepi.
    Salam hangat dari Surabaya

    BalasHapus
  2. Konon, yang paling sulit itu memang memaafkan diri sendiri ya Ka. Tapi sulit bukan berarti tidak mungkin, dan Kakaakin sudah membuktikannya :)

    Al fatihah untuk Bapak, dan semoga Ramadhan tahun ini lebih berkah ya Ka, Aamiin

    BalasHapus
  3. @Pakdhe Abdul Cholik: Tetapi tetap tak mengurangi makna lebaran ya, Pakdhe...

    BalasHapus
  4. Kepergian orang tua meman sering menimbulkan sesal dan merasa kita belum mampu membahagiakan orang tua. Yang bisa kita lakukan skrg hanyalah selalu mengirimkan doa untuk mereka.
    Semoga menang ya lombanya...

    BalasHapus
  5. saya masih memiliki ortu lengkap, alhamdulillah, *Doa terbaik untuk bapak yang sudah 'sukses meninggalkan dunia' ...

    BalasHapus
  6. Lebaran akan terasa indah jika semua orang yang kita sayang bisa kumpul bersama kita ya, Mba.

    hanya do'a yang bisa kita panjatkan untuk bapak yang sudah tenang di sana. :)

    BalasHapus
  7. semua pasti ada hikmanya gan,eh gan mampir di sini yah.. http://gowaberbagi.blogspot.com/2012/09/bahaya-radiasi-handphone.html + coment

    BalasHapus
  8. maksudnya disni gan http://gowaberbagi.blogspot.com/2012/09/cerita-lucu-kakek-dan-cucu.html

    BalasHapus
  9. Yang Sabar, Mbak. Tabah dan selalu berdoa untuknya. Semoga amal ibadahnya diterima Allah SWT. amin

    BalasHapus