Selasa, 09 Oktober 2012

Si Tuli Sang Pemenang


Di sebuah hutan yang pohonnya kekar menjulang ke langit, dan mengakar ke dalam tanah, daunnya lebat, rimbun dan ijo, hiduplah berbagai spesies hewan dan paling banyak dihuni Orang Utan.

Dalam kerajaan orang utan terdapat sebuah rumah yang dihuni oleh seorang ibu orang utan yang hamil besar, karena suami orang utan itu telah wafat karena sebuah penyakit.  Beberapa bulan dari kehamilannya, maka tibalah hari dimana Orang Utan betina itu harus melahirkan, dan tanpa bantuan dokter ataupun dukun (dalam dunia manusia) lahirlah seekor orang utan jantan, senanglah hati sang ibu karena dia telah melahirkan seekor orang utan jantan yang ganten dan lucu.

Setahun sudah ibu dan anak orang utan itu hidup tanpa sosok seorang ayah, namun meskipun begitu, dia tetap tumbuh menjadi seekor orang utan yang gagah, berani, sopan, santun, pekerja keras, semangat dan mau membantu sesama orang utan, meskipun keadaan fisiknya tidak sama dengan yang lain karena dia seekor orang utan yang tuna rungu. Teman-temannya selalu diiingatkan orang tuanya dengan nasehat namun ibunya tidak pernah memberikan nasehat tapi dengan memberikan contoh yang baik dalam kesehariaannya.

Disuatu hari ada sayembara di kampungnya yang memperebutkan seekor orang utan betina yang kaya raya, cantik,  anak bangsawan dan baik hati, mendengar kabar si orang utan jantan tidak mau ketinggalan, akhirnya diapun mendaftarkan diri sebagai kandidat penakluk hati sang betina cantik putri raja tersebut, meski tuli namun dia tetap berbesar hati dalam mengikuti sayembara itu karena dia termasuk seekor orang utan yang memiliki semangat tinggi, adapun dalam sayembara itu yang diperlombakan yaitu memanjat pohon tinggi tanpa ranting yang dilumuri oli, kalau bahasa manusia “panjat pinang”.

Hari yang ditunggu-tunggu telah tiba, di depan kerajaan sang putri cantik nan jelita didampingi ayah dan bunda berdiri menyaksikan beratus-ratus ekor orang utan jantan yang perkasa dan gagah-gagah, diantaran ratusan orang utan jantan berdirilah dibarisan paling belakang seeokor orang utan jantan, dengan pengarahan dari baginda raja orang utan yang menyatakan siapapun yang bisa mencapai ujung pohon pinang yang dilumuri oli maka dia berhak menjadi suami putrinya. Semua yang hadir dalam sayembara itu penuh semangat mencapai ujung pohon pinang itu, namun satu persatu berjatuhan bagai mangga masak berjatuhan dari pohonnya. Para orang utan jantan bergantian menuju pohon pinang yang disediakan oleh pihak kerajaan, saat yang lain sementara memanjat kandidat orang utan yang lain berteriak tidak mungkin kamu bisa, pati kamu jatuh, ah…bentar lagi jatuh, akhirnya orang utan jantan yang sementara memanjatpun berjatuhan.

Hari mulai terik tapi pohon pinang itu semakin licin karena disetiap seekor orang utan selesai memanjat maka panitia dari pihak kerajaan kembali melumurinya. Akhirnya sampai giliran si orang utan tuli yang gagah, akhirnya dia memulai langkahnya dengan penuh kegagahan menuju pohon pinang yang berdiri tegap, dengan bahasa isyarat yang menyatakan untuk memulai aksinya, dengan semangat dia memulai memanjat, peserta lainnya semakin kencang berteriak, “turun aja…tidak mungkin kamu bisa…!!!!!!!

“Ayo turun aja…., kamu juga pasti jatuh….!!!!!!!”

Bukannya dia tidak memperdulikan teriakan peserta lainnya, tapi karena dia memang tidak bisa mendengar, apapun yang dikatakan peserta lainnya tidak ngefek pada aksi panjat pinangnya.

Karena semangat dalam dirinya begitu menggebu, dan dia tidak mendengar teriakan berupa instruksi dari peserta lainnya  bahwa “kamu akan jatuh”, akhirnya dia bisa mencapai ujung pohon pinang itu.

Akhirnya si orang utan tulilah yang jadi pemenang dari sayembara itu, dan sesuai janji sang raja siapapun pemenang sayembara maka dia berhak mendapatkan derajat sebagai suami putrinya, akhirnya putri raja orang utan dan orang utan tulipun menikah. 

~*~
Pesan Moral

Dalam menjalani kehidupan ini, kadang kita tidak bisa mendapatkan sesuatu yang seharusnya bisa kita dapatkan dengan usaha yang sungguh-sungguh hanya dikarenakan pengaruh orang-orang sekitar, yaitu dengan mendengar kata-kata orang lain bahwa kamu tidak akan bisa, maka kamu benar-benar tidak akan bisa jika kamu mendengarkan kata orang lain dan tidak fokus pada semangat dan usaha pada dirimu.


*) Asrafiah Rauf : Bulungan, Kalimantan Timur.
Sumber gambar dari sini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar