Di
sebuah hutan yang pohonnya kekar menjulang ke langit, dan mengakar ke dalam
tanah, daunnya lebat, rimbun dan ijo, hiduplah berbagai spesies hewan dan
paling banyak dihuni Orang Utan.
Dalam
kerajaan orang utan terdapat sebuah rumah yang dihuni oleh seorang ibu orang
utan yang hamil besar, karena suami orang utan itu telah wafat karena sebuah
penyakit. Beberapa bulan dari
kehamilannya, maka tibalah hari dimana Orang Utan betina itu harus melahirkan,
dan tanpa bantuan dokter ataupun dukun (dalam dunia manusia) lahirlah seekor
orang utan jantan, senanglah hati sang ibu karena dia telah melahirkan seekor orang
utan jantan yang ganten dan lucu.
Setahun
sudah ibu dan anak orang utan itu hidup tanpa sosok seorang ayah, namun
meskipun begitu, dia tetap tumbuh menjadi seekor orang utan yang gagah, berani,
sopan, santun, pekerja keras, semangat dan mau membantu sesama orang utan,
meskipun keadaan fisiknya tidak sama dengan yang lain karena dia seekor orang
utan yang tuna rungu. Teman-temannya selalu diiingatkan orang tuanya dengan
nasehat namun ibunya tidak pernah memberikan nasehat tapi dengan memberikan
contoh yang baik dalam kesehariaannya.
Disuatu
hari ada sayembara di kampungnya yang memperebutkan seekor orang utan betina
yang kaya raya, cantik, anak bangsawan
dan baik hati, mendengar kabar si orang utan jantan tidak mau ketinggalan,
akhirnya diapun mendaftarkan diri sebagai kandidat penakluk hati sang betina
cantik putri raja tersebut, meski tuli namun dia tetap berbesar hati dalam
mengikuti sayembara itu karena dia termasuk seekor orang utan yang memiliki semangat
tinggi, adapun dalam sayembara itu yang diperlombakan yaitu memanjat pohon
tinggi tanpa ranting yang dilumuri oli, kalau
bahasa manusia “panjat pinang”.
Hari
yang ditunggu-tunggu telah tiba, di depan kerajaan sang putri cantik nan jelita
didampingi ayah dan bunda berdiri menyaksikan beratus-ratus ekor orang utan
jantan yang perkasa dan gagah-gagah, diantaran ratusan orang utan jantan
berdirilah dibarisan paling belakang seeokor orang utan jantan, dengan
pengarahan dari baginda raja orang utan yang menyatakan siapapun yang bisa
mencapai ujung pohon pinang yang dilumuri oli maka dia berhak menjadi suami
putrinya. Semua yang hadir dalam sayembara itu penuh semangat mencapai ujung
pohon pinang itu, namun satu persatu berjatuhan bagai mangga masak berjatuhan
dari pohonnya. Para orang utan jantan bergantian menuju pohon pinang yang
disediakan oleh pihak kerajaan, saat yang lain sementara memanjat kandidat
orang utan yang lain berteriak tidak mungkin kamu bisa, pati kamu jatuh,
ah…bentar lagi jatuh, akhirnya orang utan jantan yang sementara memanjatpun
berjatuhan.
Hari
mulai terik tapi pohon pinang itu semakin licin karena disetiap seekor orang
utan selesai memanjat maka panitia dari pihak kerajaan kembali melumurinya.
Akhirnya sampai giliran si orang utan tuli yang gagah, akhirnya dia memulai
langkahnya dengan penuh kegagahan menuju pohon pinang yang berdiri tegap,
dengan bahasa isyarat yang menyatakan untuk memulai aksinya, dengan semangat
dia memulai memanjat, peserta lainnya semakin kencang berteriak, “turun
aja…tidak mungkin kamu bisa…!!!!!!!
“Ayo
turun aja…., kamu juga pasti jatuh….!!!!!!!”
Bukannya
dia tidak memperdulikan teriakan peserta lainnya, tapi karena dia memang tidak
bisa mendengar, apapun yang dikatakan peserta lainnya tidak ngefek pada aksi panjat pinangnya.
Karena
semangat dalam dirinya begitu menggebu, dan dia tidak mendengar teriakan berupa
instruksi dari peserta lainnya bahwa “kamu akan jatuh”, akhirnya dia bisa
mencapai ujung pohon pinang itu.
Akhirnya
si orang utan tulilah yang jadi pemenang dari sayembara itu, dan sesuai janji
sang raja siapapun pemenang sayembara maka dia berhak mendapatkan derajat sebagai
suami putrinya, akhirnya putri raja orang utan dan orang utan tulipun menikah.
~*~
Pesan Moral
Dalam
menjalani kehidupan ini, kadang kita tidak bisa mendapatkan sesuatu yang
seharusnya bisa kita dapatkan dengan usaha yang sungguh-sungguh hanya
dikarenakan pengaruh orang-orang sekitar, yaitu dengan mendengar kata-kata
orang lain bahwa kamu tidak akan bisa, maka kamu benar-benar tidak akan bisa
jika kamu mendengarkan kata orang lain dan tidak fokus pada semangat dan usaha
pada dirimu.
*) Asrafiah Rauf : Bulungan, Kalimantan Timur.
Sumber gambar dari sini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar