“Kukuruyuk……” ayam jago mulai berkokok pertanda
matahari yang sudah mulai meninggi. Jam tua milik Kiki berdentang menunjukkan pukul enam. Beranda di
toko kecilnya mulai terlihat baju-baju siap jual yang sudah tertata rapi.
Gemuruh suara mesin jahit dari toko kecil Kiki
menyadarkan ingatannya akan seorang lelaki
dewasa nan gagah. Terlihat dari jauh laki-laki dewasa berdasi itu dengan didampingi dua lelaki gagah yang siap
memberi pelajaran pada siapapun yang membuat marah bosnya. Ketiga lelaki itu
berjalan tegap menuju beranda toko Kiki.
“Tok.. tok.. tok..” salah seorang lelaki dewasa
tersebut mengetok pintu beranda toko Kiki.
“Maaf, ada yang bisa saya bantu ?” Tanya Kiki
dengan gaya polosnya.
“Ibumu meninggalkan hutang Rp 100.000,- padaku.
Karena menunggak satu bulan karena telat satu bulan menjadi Rp 300.000,- kata
lelaki berdasi itu.
“Bukankah sebelum Ibu saya meninggal beliau telah
melunasi hutangnya pada tuan?” Kata Kiki.
“ Memang, tetapi Ibumu belum melunasi bunga tunggakan
selama satu bulan. Saya menagih bunga itu sekarang karena hari ini sudah jatuh
tempo akhir.” Kata lelaki berdasi itu sambil memamerkan mata belonya.
“Tuan, saya tidak punya uang sebanyak itu. Dapatkah
saya menggantinya dengan jasa menurut keahlian saya menjahit ?” Tanya Kiki
mencoba berusaha melunasi hutang ibunya.
“Bagaimana bisa, kain untuk membuat bajuku permeter
sama dengan dua kali lipat hutang ibumu ditambah dengan bunganya. Bisa-bisa
belum jadi baju malah sudah kamu rusak.” Kata lelaki berdasi itu congkak.
“Saya usahakan menjahit sebaik mungkin. Saya akan
turuti model apapun yang tuan meu dengan jaminan jika baju robek dalam satu
tahun tuan dapat menjadikan saya budak.” Kata kiki.
“Baiklah… Catat model yang saya inginkan!. Saya
ingin baju itu permanen tidak robek juga lusuh dan besok sudah harus jadi.”
Kata tuan berdasi itu.
“Baiklah tuan, besok tuan dapat mengambil baju
pesanan tuan kemari pukul delapan tepat.” Kata kiki dengan tegas.
“Ini kainnya, hati-hati jika robek kamu harus ganti
dan menjadi budakku!,” Kata tuan berdasi itu.
Semalam kiki membuat baju pesanan tuan berdasi itu
dengan penuh ketelitian dan memainkan taktik yang sudah ia rencanakan
sebelumnya.
###
Keesokan harinya kiki sudah memajang baju-baju
pesanan pelangganya juga baju pesanan lelaki berdasi itu.
“Tok… Tok… Tok…” Tuan berdasi itu sendiri kali ini
yang mengetuk pintu beranda toko Kiki.
“Iya…… “ Jawab Kiki dari kejauhan kemudian berjalan
menemui tuan berdasi itu.
“Mana baju pesananku !!!!!” Kata tuan berdasi itu.
“Iya tuan, ini.” Kata Kiki.
“Hah………” Tuan berdasi itu terkejut melihat baju
untuknya yang hanya seukuran baju Barbie da hanya cukup untuk dua jari tangan
tuan berdasi.
“Bagaimana Pak ?” Tanya Kiki.
“Bagaimana kamu ini !!!!!!! Memangnya saya ini
Barbie apa!!! Mana muat saya pakai baju sekecil ini!!!!!!” Kata tuan berdasi
hitam itu.
“Bukankah kemarin tuan tidak menyertakan ukuran
baju untuk badan seukuran tuan. Tuan hanya meminta agar baju ini tidak robek
dan tidak lusuh walaupun dipakai setiap hari dalam satu ataupun dua tahun
kecuali tuan robek-robek sendiri. Dengan baju sekecil ini mana mungkin tuan
memakainya setiap hari, mungkin tuan hanya memajang atau membuangnya dan
kemungkinan robek juga lusuh hanya kecil sehingga baju ini tahan lama.” Kata
Kiki member alasan pada tuan berdasi itu.
Akhirnya tuan berdasi bersama bodyguartnya pulang
dengan tangan hampa karena perjanjian yang telah dibuatnya kemarin dan baju
yang diisyaratkan sudah jadi dan tidak ada lagi alas an tuan berdasi untuk
menggugat kiki tentang bunga hutang yang menunggak selama dua bulan.
~*~
Nilai moral:
Berpikirlah dengan cerdik dan bekerja keras dalam
menghadapi segala sesuatu.
* Fanniyatul Hayah Suwita, Bantul Yogyakarta
sumber gambar di sini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar