Seekor
kelinci hutan menyadari bahwa singa selalu diterima oleh hewan-hewan
lain. Bukan karena mereka menyukai singa melainkan takut padanya.
Jika singa datang ke rumah salah satu hewan maka ia akan menerima
banyak makanan, tetapi tidak demikian dengan kelinci.
“Ini
tidak adil” kata kelinci
Suatu
hari kelinci hutan menemui singa di rumahnya, dia mengatakan sangat
pandai mengambil kutu.
“Kelihatannya
kamu mempunyai banyak kutu di ekormu, apa kamu tidak merasa gatal?”
kata kelinci hutan.
Singa
berpikir sejenak, kemudian mengaum kepada kelinci hutan “Keluarkan
kutu-kutu itu dari ekorku.”
Kelinci
hutan tersenyum dan dengan cepat merentangkan ekor singa di lantai,
kemudian mengeluarkan paku panjang dari dalam tasnya. Dia memalu
sebuah paku sampai menembus ekor singa dan menancap di lantai.
Singa
berteriak kesakitan dan menyuruh kelinci hutan agar lebih
berhati-hati. “Maaf” sahut kelinci hutan lalu mengeluarkan
beberapa paku panjang yang lain dan menancapkannya menembus ekor
singa. Setelah kelinci hutan menyelesaikan aksinya, dia berjalan
dengan tenang menuju tempat singa menyimpan makanan dan mulai
menyantapnya.
Singa
terkejut melihat tingkah laku kelinci hutan. Kemudian mengaum marah
dan mencoba untuk berdiri, tetapi dia tersentak ke belakang.
“Lepaskan
aku” aumnya. Kelinci hutan tertawa melihat kondisi singa dan
setelah makan cukup banyak, dia berjalan mengitari rumah singa.
Kemudian mengambil sebuah pisau. Singa mencoba menyerang kelinci
hutan dengan cakarnya, tetapi kelinci hutan dengan mudah
mengalahkannya dan membelah kulit singa dari ujung ke ujung. Kelinci
hutan mendorong singa keluar dari kulitnya dan mengenakan kulit singa
tersebut. Tak berapa lama kelinci hutan pun keluar rumah dengan kulit
singa sebagai badannya.
Para
babun ketakutan ketika mereka bertemu hewan yang mereka sangka adalah
singa. Mereka memberi banyak makanan agar tidak diganggu. Di balik
kulit singa, kelinci hutan tersenyum dan mulai menghabiskan makanan
tersebut.
Keesokan
harinya kelinci hutan makan lebih banyak lagi, sehingga para babun
berjalan jauh ke hutan untuk mencari makanan. Saat babun pergi,
kelinci hutan keluar dari kulit singa dan bermain dengan anak-anak
babun. Sebelum babun dewasa kembali, kelinci hutan sudah mengenakan
kulit singa dan menjadi singa kembali.
Malam
itu, anak-anak babun bercerita kalau apa yang mereka kira sebagai
singa sebenarnya adalah seekor kelinci hutan. Para babun tidak ada
yang percaya dengan cerita mereka.
Keesokan
paginya kelinci hutan keluar lagi dari kulit singa dan bermain
bersama anak-anak babun. Dia tidak menyadari kalau sepasang mata
sedang mengawasi sedari tadi.
“Singa
itu sebenarnya bukan singa” bisik babun tersebut kepada babun yang
lain saat mereka kembali.
“Kalau
begitu kita harus mengusirnya” kata pemimpin kelompok babun. Dengan
membawa tongkat panjang, pemimpin babun mendatangi singa yang sedang
tidur dan memukul hidungnya kuat-kuat. Hal ini membuat kelinci hutan
merasakan pukulan yang keras dan melolong kesakitan.
“Ini
bukan suara yang dikeluarkan seekor singa” kata babun. Kemudian
memukul kelinci hutan jagi. Setelah melompat keluar dari kulit singa,
kelinci hutan berlari menuju semak belukar.
Babun
mengambil kulit singa dan membawanya ke singa yang sebenarnya. Dia
sangat berterima kasih telah mendapatkan kulitnya kembali dan
berjanji tidak akan menyusahkan para babun lagi.
Keputusan
ini membuat para babun bahagia dan memaafkan si kelinci
~*~
Pesan Moral
Jangan pernah
mengkhianati kepercayaan yang diberikan seorang teman karena itu akan
merusak suatu persahabatan yang sebelumnya telah terjalin dan menjadi
diri sendiri itu lebih baik dari pada menjadi orang lain. Apa lagi
tujuannya untuk berniat jahat. Dan bagaimana pun segala perbuatan
yang jahat akan berakhir dengan tidak baik. Begitu juga dengan
kebaikan pasti akan dibalas dengan kebaikan juga.
*) Widy Astutik Tanaya
: Buduran, Sidoarjo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar