Senin, 29 Oktober 2012

Menanti Rahasia-Mu

Hari-hari ini berbeda dari biasanya. Ada sesuatu yang mulai menggelitik hatiku. Ahh, rasa itu mulai muncul. Suka? Semenjak melihatnya pertama kali tanpa sengaja, rasa itu mulai menjalar. Sudah ghadul bhasar kok, tapi masih kurang kali ya? Setelah rasa itu berhasil ku tepis seiring berjalannya waktu dan terpaut jarak tiba-tiba sosoknya melintas lagi di sekitarku. Datang kembali di saat aku merasa sudah siap untuk mengarungi hidup yang baru.
Masih berada pada satu lokasi walau beda instansi, membuat kami kadang bertemu meski dalam jarak yang cukup jauh. Ketika aku melihat, dia cepat mengalihkan pandangannya. Ketika dia memandang, aku segera menunduk. Apa dia punya rasa yang sama? Astaghfirullah…

Aku malu pada-Nya. Rasa ini datang sebelum waktunya. Kenapa rasa ini tak bisa ku usir pergi? Aku hanya manusia biasa. Mungkin sosok yang selama ini ku cari untuk menemani hidupku ada padanya. Lagi-lagi aku beristighfar.

“Ma! Mama, ada waktu?” Aku memanggil mama yang hendak membaringkan tubuhnya.

“Ada apa, Ni?” Tanya mama sambil memutar tubuhnya.

“Beberapa bulan ini perasaan Aini tak menentu, Ma. Ada seorang ikhwan di sekitar kantor Aini. Ia aktif mengikuti kegiatan di masjid dekat kantor. Kriteria calon imam yang Aini cari sebagian besar ada padanya. Aini sudah berusaha menghilangkan rasa ini tapi belum bisa, Ma. Tak mungkin Aini harus pindah kerja agar tidak melihatnya lagi. Aini berharap bisa menjadi pendamping hidupnya, Ma.” Titik air mata mulai terasa di sudut mataku. Kenapa aku jadi melankolis begini?

“Dulu Aini pernah berkata kalau ada masalah seperti itu bisa minta bantuan seseorang untuk menanyakannya?” Tanya mama.

“Ya, dalam Islam boleh seorang perempuan menawarkan diri. Akan tetapi Aini tidak berani, Ma. Aini hanya wanita biasa tidak sebanding dengannya.”

“Tentu setiap orang ingin memiliki pasangan hidup yang baik bahkan lebih baik dari dirinya sendiri.” Sahut mama.

Aini tersenyum seraya berkata, “Ya sudahlah, Ma. Mama istirahat ya! Aini cukup lega bisa berbagi dengan Mama.”

Dingin malam itu tak menghentikan langkahku untuk menemui-Nya. Aku ingin kembali curhat dan memohon pada-Nya. Karena hanya Dialah sebaik-baik penolong dan pelindung.

“Ya, Allah hanya Engkau tempat aku mengadukan segala keluh kesahku sekaligus memberikan jalan keluarnya. Aku mohon jika dialah jodoh yang terbaik bagiku dalam hal agamaku, kehidupan dunia dan akhiratku, membawa kebaikan dalam kehidupan pribadi dan sosialku, bisa membahagiakan mamaku, dan aku pun bisa membahagiakannya, maka berilah jalannya, mudahkan dan segerakan agar kami bisa bertemu dalam ketaatan kepada-Mu. Aamiin!" Air mata menggenang di pelupuk mataku.

Siang yang terik ini tidak menyurutkan langkahku untuk menambah wawasan keislaman. Berhenti dari angkot, terus menyusuri jalan menuju rumah guru ngajiku yang baru. Syukurlah aku masih ingat. Aku pindah kelompok mulai pekan lalu. Di rumah itu sudah berkumpul beliau dan akhwat yang lain. Senyum dan salam menyambut kedatanganku. Acaranya hangat dan menyenangkan. semua bersemangat diskusi. Ketika teman-teman sudah pamit pulang, Kak Siti guru ngajiku memanggil.

“Sebentar, Dek! Kakak mau bicara dengan mu.” Katanya sambil mengajakku kembali duduk. Lalu beliau mengambil sebuah amplop besar dan meletakkan di hadapanku.

“Dek, ada seorang ikhwan yang ingin mencari teman."

Hatiku sedikit berdebar. “Siapa dia, Kak?

“Bukalah amplop itu. Kau mungkin pernah melihatnya.” Dengan tangan yang sedikit gemetar dan perasaan harap cemas aku mengeluarkan sedikit kertas itu. Terlihatlah foto si ikhwan. Mataku membulat. Lalu menatap kak Siti seolah-olah ingin minta penjelasan.

“Ya, suami Kakak satu instansi dengannya. Kami sepakat memperkenalkanmu dengannya. Rupanya ia telah mengetahui dirimu walau hanya sesosok dari kejauhan tanpa tahu nama dan latar belakang yang lebih pribadi. Ia pun sudah lama mau menyampaikan niatnya, hanya saja ia ingin fokus dulu pada kuliah S2-nya. Alhamdulillah, saat ini ia tinggal menunggu wisuda saja."

Mataku mulai terasa hangat. inikah buah harap dan tawakal pada-Mu Ya Rabb? Dua hal yang memang tidak bisa terpisahkan. Ya, Allah. Indahnya rahasia-Mu…

Dipublikasikan juga di www.kotasantri.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar