Sosok Ibu adalah sosok yang paling dekat dengan diri kita. Hal itu mungkin juga terkait dengan kenyataan bahwa kita pernah sebadan dengan beliau selama 9 bulan. Maka, tidak heran kalau emosi dari seorang anak bisa dirasakan oleh Ibu mereka, meskipun terpisah jarak.
Sosok Ibu memberi konstribusi paling besar dalam kehidupan kita. Beliau yang mengandung kita selama 9 bulan. Mereka juga yang berjuang antara hidup dan mati saat melahirkan kita. Beliau yang masih menyusui, merawat, dan bahkan rela bangun sampai pagi hanya karena kita rewel saat malam. Mereka yang telah mengajarkan kita tentang welas asih, rasa menghargai, kejujuran, tanggung jawab, cinta, toleransi, dan sebagainya. Ibu jugalah yang memberikan apapun yang dimilikinya untuk kita, terlepas apakah mereka mampu atau tidak. Terkadang, disadari atau tidak, Ibu mengorbankan banyak hal untuk bisa melihat kita tumbuh. Tidak sedikit ibu yang membuang mimpi mereka demi kita, anak-anak mereka.
Lalu bagaimana kita bersikap pada Ibu kita selama ini? Sudahkan kita menghargainya? Menyayanginya? Tidak sedikit dari kita yang setiap hari membentak beliau, marah, mengacuhkan, bahkan yang benci sekalipun. Kebanyakan mereka jengah karena Ibu sering menanyakan tentang kita, mengajak kita bicara, maupun bertanya. Tapi kita membentak beliau dan mengacuhkannya. Padahal maksud beliau tidak buruk. Mereka ingin mengenal kita, mengetahui apa saja yang kita alami, sampai mana kita mengetahui tentang hidup, sekaligus was-was kalau kita telah mengalami banyak kesulitan atau tergelincir jatuh menuju jalan yang salah. Mereka ingin membantu kita, tapi kita cenderung tidak menyadarinya.
Sudah saatnya, kita memberikan perhatian lebih pada ibu kita. Bukankah surga berada di telapak kaki Ibu? Sudah seharusnya kita menyayanginya, menghargainya, menghormatinya, atau sedikitnya, mengatakan ‘aku sayang ibu’. Banyak orang yang menunda-nunda untuk mengungkapkan perasaan mereka, dengan alasan masih ada banyak waktu. Padahal waktu berlalu sangat cepat. Mungkin kita masih bisa melihat wajah Ibu kita pagi ini, tapi yakinkah kita kalau beliau masih tetap ada malam ini, ketika kita pulang?
Ada sebuah kalimat dari John Powell yang berbunyi, ‘Kesedihan yang paling utama adalah menjalani hidup tanpa mencintai. Tapi hampir sama sedihnya, meninggalkan dunia ini tanpa mengatakan pada orang yang kau cintai bahwa kau mencintai mereka.’ Maka, sudah saatnya kita benar-benar membuktikannya pada ibu kita, sebelum waktu benar-benar habis. Mungkin bisa dimulai dengan mengatakan ‘selamat hari ibu’ untuk hari ini.
(Harian Jogja, 24 Desember 2008, Buat Ibu tercinta oleh Fatiharifah)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar