Buku Karya KomTE |
Pendidikan adalah gerbang emas bagi terbentuknya generasi berkarakter salimul aqidah (aqidah yang bersih), shalihul ibadah (ibadah yang benar), matinul khuluq (akhlak yang kukuh), mutsaqaful fikri (wawasan berpikir luas), qawiyul jismi (jasmani yang sehat dan kuat) dan nafi’un liqairihi (bermanfaat bagi orang lain).
Termasuk juga pada hal di atas adalah didikan orang tua terhadap si kecil. Didikan orang tua sangatlah mempengaruhi bagi kwalitas kepribadian seorang anak—termasuk dalam hal keimanan kepada Allah. Seorang anak gampang untuk disetir dan mau dibentuk seperti apa pun tergantung orang tua yang mendidiknya. Ia bagaikan kain/kertas putih tanpa noda yang multi fungsi untuk dibentuk seperti apa pun. Kain putih gampang ternodai jikalau kita tidak hati-hati dalam mengantisipasinya dan begitu sebaliknya, kain putih akan gampang ternodai dan buram jikalau kita lalai dalam menjaganya.
Begitu juga dengan anak kecil, ia gampang dicetak menjadi apa saja. Terngantung mau orang tua akan menjadikannya seperti apa. Untuk itu peran orang tua sangat menentukannya. Akan hal ini, Rasulullah bersabda yang datangnya dari Abu Hurairah, yang artinya; “semua anak kecil itu dilahirkan dalam keadaan suci (fitrah). Kedua orang tuanyalah yang bisa me-yahudi-kannya, me-nasrani-kannya, dan me-majusi-kannya...” (HR. Bukhori).
Menjadi orang tua adalah sebuah anugerah yang luar biasa, namun di balik semua itu juga ada tanggung jawab yang besar untuk mendidik anak-anaknya agar menjadi anak yang shaleh-shalehah. Untuk itu, orang tua mana yang tidak gembira bila melihat anaknya taat menjalankan ibadah kepada Allah.
Dengan demikian, tidak sedikit orang tua yang mulai mendidik anak-anaknya sejak kecil. Sedari kecil anak-anaknya sudah dikenalkan pada shalat, puasa, membaca al-Qur’an dan sejenisnya. Namun, tidak jarang juga ada orang tua yang membiarkan anak-anaknya selalu bermain tanpa memperhatikan bagaimana agar ia bisa shalat, puasa, dan baca al-Qur’an.
Kapan saat yang tepat bagi anak kecil untuk bisa dilatih shalat, puasa, dan membaca al-Qur’an? Sejatinya, tidaklah keliru meskipun kita terlalu dini mengenalkan mereka akan tatacara ibadah kepada Allah. Tergantung orang tua saja bagaimana ia mengaturnya. Namun, agama mengaturnya agar semua orang tua mempunyai patokan untuk dijadikan acuan.
Jika merujuk pada hadis Nabi, orang tua ditekankan agar memerintahkan anak-anaknya melaksanakan shalat pada usia 7 tahun dan dibenarkan memukul jika sudah menginjak 10 tahun mereka masih meninggalkan shalat. Begitu juga dengan puasa. Jika anak sudah berusia 7-10 tahun, maka mereka sudah saatnya dilatih berpuasa.
Buku “Agar Si Kecil Tangguh Berpuasa” menjelaskan dengan detail seputar bagaimana agar anak-anak kita sadar puasa sejak kecil. Secara syar’i anak kecil memang belum diwajibkan untuk berpuasa (dan juga ibadah lainnya), namun mendidik dan mengajarkan puasa bagi anak sejak kecil agar dan dalam rangka melatih kedisiplinan, kesabaran beribadah, dan ketangguhan menghadapi beberapa beban kehidupan sesuai kemampuannya.
Buku ini sangat cocok untuk orang tua yang ingin menghadirkan jiwa-jiwa spritual yang tangguh untuk anak-anaknya. Meski ramadan tahun (1431 H) ini sudah mau berakhir, membaca buku ini tidaklah akan sia-sia. Buku ini tidak hanya menjelaskan dari segi keagamaan, akan tetapi lebih lengkap lagi tinjaun secara psikologis dan kesehatan juga disajikan, sehingga semakin memperkuat analisa dan semakin gampang diterima akal sehat.
Buku ini dibagi menjadi lima bagian. Pada bagian pertama, Ulfah Nurhidayah, penulis buku ini, menggiring agar orang tua pertama-pertama mengenalkannya dengan menyambut ramadan dengan gembira, seraya penulis mengutarakan keutamaan-keutamaan ramadan, predikat-predikat ramadan, 10 cara menyambut ramadan, dan sebagainya.
Selannjutnya, bagian kedua bagaimana agar rumah kita menjadi surga di tengah keluarga yang ada. Keteladanan orang tua akan menentukan dan mempunyai andil besar dalam mencetak anak menjadi penghuni surga di tengah keluarga, dengan tetap bercanda tawa dengannya. Pada bagian ini juga disajikan bagaimana cara menanamkan kegiatan tadarus kepada anak dan tips agar ia dekat pada al-Qur’an.
Bagian ketiga, bagaimana cara orang tua untuk bisa mengenalkan makna ramadan kepada anak; pentingnya puasa, manfaat puasa, dan keajaiban-keajaibannya. Pada bagian ini juga agar beberapa langkah tepat dan cara penyampaian makna puasa pada anak.
Setelah itu, bagian keempat adalah inti dari buku ini, bagaimana agar anak tangguh berpuasa. Pada bagian ini penulis menjelaskan kapan saat yang tepat bagi anak untuk dilatih berpuasa, cara melatihnya, persiapan sebelumnya dan sebagainya.
Terakhir, bagian kelima berisi tips bagaimana agar anak menjadi jawara ramadan; selama anak berpuasa juga bisa menghidupkan hari-hari ramadan dan bagaimana nanti kalau sudah detik-detik mau menghakhirinya (ramadan).
Akhir kata, buku ini bukan berarti tuntunan bagi orang tua agar menuntut biar si anak harus berpuasa, akan tetapi buku ini lebih menekannkan bagaimana cara melatihnya agar terbiasa berpuasa sejak dini. Perlu digaris bawahi bahwa melatih anak berpuasa tidaklah sama dengan mewajibkan mereka untuk berpuasa. Dalam melatih anak untuk berpuasa juga harus mempertimbangkan kondisi dan kemampuan mereka. Untuk itu, maka bagi anak-anak ada istilah puasa beduk (puasa yang mokel (berbuka) ketika sudah beduk/dzuhur) dan sadawuh (puasa sampai pukul 10 pagi).
Data Buku
Judul : Agar Si Kecil Tangguh Berpuasa
Penulis : Ulfah Nurhidayah
Penerbit : Najah Press, Yogyakarta
Cetakan : I, 2010
Tebal : viii + 209 halaman
ISBN : 978-602-97037-0-2*Diresensi oleh Abd. Basid di Harian Bhirawa (17/9/2010)
kalau dulu saya waktu kecil malau ndak hatam puasa atau ndak ngeyelesaikan dalam sehari malu dengan teman2 yang puasanya tangguh
BalasHapusehheh puasamulai full kayaknya kelas brpa yah? pasti klo bulan puasa terserang sakit wktu kecil. krna ada2aja ujian sakitnya pdahal bukan sakit magh hehe..
BalasHapusSD baru full klas 5 kayaknya hehe
All @ Makasih atas perhatiannya ya. Siap kunjungan balik dech
BalasHapuswah sangat bermanfaat infnya..makasih ya :)
BalasHapusalhamdulillah, makasih kembali bu Enny.:)
BalasHapus