Aku ingat ketika masih balita,
menangis di atas bus saat papa tidak ikut bersama kami pulang kampung.
Papa hanya mengantar aku dan mama ke terminal. Selanjutnya yang aku rasa
semenjak usia sekolah dasar hingga remaja, aku tidak terlalu dekat
dengan papa dan lebih dekat ke mama. Papa sebetulnya baik. Seperti
layaknya anak-anak, kami senang kalau papa pulang dari tugas luar kota
dan selalu membawa makanan.
Papa suka bercanda, berbeda dengan mama. Akan tetapi papa suka marah tiba-tiba. Mungkin ada masalah yang sudah lama dipendam. Seperti suatu ketika saat sedang nonton bersama dan bercanda, tiba-tiba bisa meledak marah papa. Masalah yang lampau juga disebut-sebut papa. Ini yang sering membuat kami kaget. Mungkin ini juga yang membuat aku jadi sedikit berhati-hati bila bersama papa.
Ketika tidak sengaja mendengar pertengkaran orangtuaku, dalam hati aku selalu membela mama dan menyalahkan papa. Bahkan di saat aku merasa sangat sedih, aku pernah menulis di diariku kalau aku tidak akan menangis seandainya suatu saat papa pergi meninggalkan kami. Entahlah pergi ke mana yang kumaksud waktu itu.
Dua belas tahun telah berlalu, ketika aku tidak bisa menahan butiran air mata ini. Tahun-tahun berikutnya aku tetap tidak bisa menahan kristal bening ini berjatuhan ketika teringat beliau. Aku teringat segala perhatian beliau padaku. Papa yang suka mengingatkan aku untuk selalu menjaga kesehatan dan tidur jangan kemalaman walaupun karena belajar untuk ujian. Papa yang mau menjaga anak gadisnya yang sedang sakit ketika mama tidak di rumah karena ada keperluan ke kampung, padahal masih ada kakak perempuanku. Segala kebaikan beliau padaku tak kan bisa kubalas.
Kepergian beliau yang mendadak sempat membuatku terpana. Sekarang hanya kebaikan papa yang ada dalam ingatanku. Dan itu yang akan selalu kuingat. Biarlah segala kekurangan beliau kujadikan pelajaran untuk bekal masa depanku. Aku berdo'a agar Allah mengampuni papa dan menerima segala kebaikan yang beliau lakukan untukku dan semoga aku menjadi anak yang shaleh.
Papa suka bercanda, berbeda dengan mama. Akan tetapi papa suka marah tiba-tiba. Mungkin ada masalah yang sudah lama dipendam. Seperti suatu ketika saat sedang nonton bersama dan bercanda, tiba-tiba bisa meledak marah papa. Masalah yang lampau juga disebut-sebut papa. Ini yang sering membuat kami kaget. Mungkin ini juga yang membuat aku jadi sedikit berhati-hati bila bersama papa.
Ketika tidak sengaja mendengar pertengkaran orangtuaku, dalam hati aku selalu membela mama dan menyalahkan papa. Bahkan di saat aku merasa sangat sedih, aku pernah menulis di diariku kalau aku tidak akan menangis seandainya suatu saat papa pergi meninggalkan kami. Entahlah pergi ke mana yang kumaksud waktu itu.
Dua belas tahun telah berlalu, ketika aku tidak bisa menahan butiran air mata ini. Tahun-tahun berikutnya aku tetap tidak bisa menahan kristal bening ini berjatuhan ketika teringat beliau. Aku teringat segala perhatian beliau padaku. Papa yang suka mengingatkan aku untuk selalu menjaga kesehatan dan tidur jangan kemalaman walaupun karena belajar untuk ujian. Papa yang mau menjaga anak gadisnya yang sedang sakit ketika mama tidak di rumah karena ada keperluan ke kampung, padahal masih ada kakak perempuanku. Segala kebaikan beliau padaku tak kan bisa kubalas.
Kepergian beliau yang mendadak sempat membuatku terpana. Sekarang hanya kebaikan papa yang ada dalam ingatanku. Dan itu yang akan selalu kuingat. Biarlah segala kekurangan beliau kujadikan pelajaran untuk bekal masa depanku. Aku berdo'a agar Allah mengampuni papa dan menerima segala kebaikan yang beliau lakukan untukku dan semoga aku menjadi anak yang shaleh.
Kontributor: Widia Aslima (Widia Febriyeni)
Dipublikasikan juga di
www.kotasantri.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar