Kamis, 21 Maret 2013

Menulislah maka Anda Tak Terlupakan!

Sumber Gambar

Manfaat Menulis

Bagi sebagian orang, menulis itu sulit. Tetapi, bagi sebagian lainnya, menulis itu mudah, bahkan sangat mengasyikkan. Setuju atau tidak, begitulah kenyataannya!

Menulis tidak lain adalah proses mengabadikan apa pun yang di sekitar kita dan apa saja yang terendap di pikiran kita. Dengan menulis kita bisa menumpahkan dan mengomunikasikan ‘sesuatu’ kepada orang lain. Plong…! Lega..! Itulah salah satu kepuasan seseorang setelah menulis. Pada tahap ini, menulis bisa menjadi semacam terapi bagi sang penulis.

Bagaimana dengan faktor pendapatan? Nah, itu, apa lagi! Siapa pun pasti tahu, tidak sedikit orang di muka bumi ini yang hidup dari menulis. Tentu ada syarat yang harus kita lalui untuk menuju anak tangga ini, yaitu tekad, semangat, sabar, dan ulet.

Terlepas dari semua itu, kita perlu mengingat betul-betul bahwa menulis bukan hanya urusan ‘plong’ dan ‘uang’. Lebih dari itu, menulis juga bisa menjadi cara untuk mengubah dunia. Baik atau buruk suatu bangsa sangat dipengaruhi juga oleh tulisan-tulisan kita.

Dengan menulis maka nama kita pun akan tercatat dalam sejarah. Dunia tidak akan melupakan kita begitu saja. Tepat sekali apa yang dikatakan oleh Pramoedya Ananta Toer, “Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis maka ia akan hilang dalam masyarakat dan dari sejarah.”

Nah, dalam hal inilah KomTE mengajak siapa pun yang tertarik pada dunia tulis-menulis untuk mengembangkan potensinya. Selama Anda bisa merangkai huruf menjadi kata, menyusun kata menjadi kalimat, kemudian menata kalimat dalam tangga paragraf serta mengetahui tanda baca, berarti Anda telah memiliki potensi itu.

Sejarah KomTE

Sebagai sebuah komunitas literasi, KomTE tidak mucul begitu saja. Kemunculannya dimulai keinginan sekumpulan orang yang bermimpi bisa menulis. Tidak lebih! Mereka adalah Irham Sya’roni, Ulfah Nurhidayah, Yusriandi Pagarah, Bilif Abduh, Muhaimin al-Qudsy, Enung Hasanah, Moh. Fahmi, Sumadi, dan Indarto Trisnosusilo.
Saat itu, tahun 2006, kami berkumpul dan menamakan diri For Kalem (Forum Kajian Lereng Merapi). Mengapa harus ‘Lereng Merapi’? Karena pusat pertemuan kami kala itu adalah di wilayah Pakem, Sleman. Sebagian besar anggotanya saat itu adalah para guru dan beberapa mahasiswa. Hampir setiap hari, kami menulis dan mengirimkan apa pun yang bisa kami tulis di berbagai media massa cetak baik lokal maupun nasional. Dimuat? Ternyata tidak! Tetapi kami tidak kapok. Kami terus menulis dan menulis. Akhirnya, satu per satu tulisan kawan-kawan KomTE nampang juga di media massa. Senang? Tentu saja! Ada kesenangan yang sulit kami ucapkan dengan kata-kata. Rasanya tidak percaya bahwa kami bisa. Sejak saat itu, kami yang mulanya hanya menganggap kata-kata “if you think you can, you can” sebagai kata-kata klise, akhirnya dengan manggut-manggut kami membenarkannya. Intinya harus yakin dan percaya diri.

Di tengah perjalanan, kami sadar bahwa tidak mungkin selamanya kami hanya menjadi pengisi rubrik atau kolom di media massa yang ruangnya terbatas dan diperebutkan banyak orang. Kami perlu ruang yang lebih luas dan ‘komersil’. He… he..! Kami pun mulai mengembangkan mimpi. Kami tidak ingin hanya menjadi pengisi rubrik atau kolom media massa, tetapi bertekad pula menjadi penulis buku. Alhamdulillah, Tuhan memberi kemudahan kepada kami untuk mewujudkan mimpi.

Sejak saat itulah kami semakin percaya diri dan yakin bahwa kami bisa. Nama For Kalem tidak terdengar lagi. Pada tahun 2009 kami mengubahnya menjadi KomTE (Komunitas Tinta Emas). Dengan wadah yang baru ini, kami tidak lagi bermimipi sekadar menjadi penulis, tetapi lebih dari itu bisa membantu banyak orang untuk menjadi penulis, apa pun genre tulisannya.

Sampai sekarang KomTE memiliki anggota lebih dari 40 orang, dengan beragam genre tulisan. Di antara buku anak yang sudah kami publikasikan adalah: Wisdoms for Children, Al-Qur’an Kitabku, Pintar Tajwid for Kidz, Nina Bobo, Tuntunan Ibadah Lengkap, Belajar Rukun Iman, Tuntunan Shalat Sunnah Lengkap, Aneka Keterampilan dari Barang Bekas, Mengenal Budaya Nusantara, Around the World, dan lain-lain.

Sekali lagi, tidak ada hal lain yang perlu dilakukan untuk bisa menjadi penulis, kecuali dengan menulis. Ya, dengan menulis! Kata Arswendo, siapa pun bisa menulis asal dia bisa membaca dan tahu tanda-tanda. Yang terpenting lagi adalah tekad. Boleh jadi kita merasa berbakat dan bisa, tetapi itu kan hanya ‘rasa’. Rasa itu tidak akan pernah berujud menjadi karya jika kita tidak pernah menindaklanjuti dengan usaha dan ketekunan yang nyata.
Oleh karena itu, menulislah mulai sekarang! Menulislah apa saja! Tidak sedikit penulis ternama yang memulai karier mereka dari sekadar menulis diary (buku harian).

Karya tulis adalah bentuk paling kongkrit dari pikiran-pikiran kita. Secemerlang dan sebrilian apa pun pikiran seseorang, jika tidak ditorehkan dalam tulisan, pastilah akan terlupakan. Generasi berikutnya tidak lagi mengenalnya. Tidak ada warisan berupa karya untuk dibaca dan dikenang oleh generasi setelahnya.  Mari kita menulis!

Oleh: Bilif Abduh
*disampaikan saat Studium General Bimbingan Belajar Menulis (BBM) Buku Anak

Tidak ada komentar:

Posting Komentar