Naskah adalah produk kreatif seorang penulis atau pengarang. Sebagai manusia biasa penulis atau pengarang tentu tidak nihil dari kesalahan. Mungkin karena tekanan waktu (deadline), ketidaktahuan, keteledoran/kecerobohan, juga keminiman wawasan. Untuk itu, peran editor atau penyunting menjadi sangat penting guna memastikan naskah minim atau minus kesalahan. Editorlah sosok di balik layar penerbitan yang sangat berjasa menyuguhkan produk berkualitas, segar, dan bernas bagi pembaca.
“Wah, kalau begitu sebaiknya penulis atau pengarang melimpahkan sepenuhnya urusan penyuntingan kepada editor ya! Bagi penulis atau pengarang, masa bodoh dan cuek ajalah urusan sunting-menyunting itu!”
Sebagaimana sering saya sampaikan dalam setiap pertemuan dengan teman-teman penulis di Komunitas Tinta Emas (KomTE), menyerahkan sepenuhnya (Jawa: pasrah bongko’an) urusan penyuntingan kepada editor adalah “dosa besar”. Mengapa?
Pertama, naskah tersebut adalah tanggung jawab kita.
Bukankah ketika terbit nama yang tercantum di halaman sampul (cover) adalah nama kita, bukan nama editor apalagi pemilik penerbitan? Nyata sekali bahwa baik atau buruk naskah kita, kitalah yang bertanggung jawab atas suguhan naskah kita.
Kedua, bisa mengurangi atau bahkan melesapkan kepercayaan penerbit kepada penulis/pengarang.
Para editor adalah pekerja-pekerja kreatif di industri perbukuan. Dalam ranah bisnis dan industri mereka bekerja tidak tak bertarget. Ada setumpuk target yang harus mereka capai dalam setiap bulan, semester, dan tahun. Konsekuensi dari setumpuk target ini adalah mereka harus bekerja ekstracepat dan tepat. Cepat dalam penyuntingan, dan tepat dalam mencari naskah yang apik dan ‘mulus’ untuk produksi penerbitan mereka.
Bisa ditebak, naskah yang membuat editor pusing, migrain, atau bahkan fertigo tentu akan dienyahkan begitu saja. Mereka lebih memilih mencari dan menerbitkan naskah yang tingkat penyuntingannya sedang atau ringan. Kalau toh ada naskah amburadul yang tingkat kesulitan penyuntingannya tergolong berat, tetapi tetap ditekuni oleh editor, itu hanya terjadi dalam kasus-kasus tertentu. Misalnya, karena si penulis telah mempunyai nama besar. Berbeda dengan kita, bisa jadi Pak RT saja kagak kenal nama kita. J
Ketiga, menjaga reputasi dan relasi.
Naskah adalah produk kreatif seorang penulis atau pengarang yang akan dikonsumsi oleh penerbit dan pembaca. Penerbit mengonsumsinya untuk dijadikan aset penerbitan mereka. Sementara pembaca mengonsumsinya untuk dijadikan bacaan segar sesuai kebutuhan dan hasrat baca mereka.
Penerbit dan pembaca tentu akan memberikan penilaian masing-masing terhadap pruduk kreatif kita tersebut. Bisa jadi mereka senang dan puas, namun bisa jadi pula mereka muak dan kapok melihat produk kreatif kita. Bisa jadi mereka memberikan pujian dan sanjungan, namun bisa jadi pula memberikan umpatan dan cemoohan. Semua tergantung pada bagaimana kita memoles naskah tersebut.
Jika naskah kita bagus atau setidaknya lumayan bagus, penerbit akan terus kecanduan produk-produk kita. Sebaliknya, jika naskah kita tidak bagus atau tidak memuaskan mereka, penerbit tentu malas membaca tulisan kita. Jangankan membaca, melirik pun tidak. Begitu pula perlakuan pembaca terhadap objek bacaannya.
Nah, di sinilah penulis atau pengarang dituntut memiliki kesadaran berswasunting, yakni melakukan penyuntingan mandiri sebelum naskahnya dibawa ke meja redaksi. Kesadaran ini pula yang ditumbuhkan oleh Komunitas Tinta Emas. Sedari awal dilakukan proses bimbingan dan supervisi, kemudian setelah naskah selesai dikerjakan penulis diminta melakukan swasunting.
Apakah tahapan itu sudha cukup? Ternyata tidak. Bahkan sebelum naskah ruang redaksi pun ada satu tim khusus (QC: quality control) dari pengurus Komunitas Tinta Emas yang bertugas melakukan swasunting tahap kedua. Swasunting tahap kedua ini bertujuan untuk memastikan bahwa naskah KomTE benar-benar sehat, tidak berpenyakit berat.
Hal apa saja yang mesti mendapat sentuhan dalam proses swasunting dan penyuntingan? Tentang hal ini insya Allah akan kita urai bersama dalam artikel tersendiri. Lain waktu.
Sumber Gambar dari sini
artikel yang bermanfaat sobat, apalagi saya masih banyak belajar tentang tulis menulis ini, trims
BalasHapusMemang seharusnya kita mempertanggung jawabkan apa yang kita hasilkan. :)
BalasHapus