Rabu, 05 September 2012

Keledai Si Petani

Dinky, keledai Si petani kaya itu, pagi ini bekerja dengan malas. Tidak seperti biasanya, ia tampak kurang bergairah. Jalannya lambat dan terkesan ogah-ogahan.

“Hrrrr…..Huss….,” teriak Solud, tukang bajak yang bekerja pada petani kaya itu. Namun, meski Solud berteriak berkali-kali dengan suara keras, Dinky tetap tidak semangat bekerja. Biasanya, ketika sinar matahari sudah agak terasa hangat, seperempat tanah yang dibajak sudah terlewati. Tapi, kini ukuran segitu belum tercapai. Meski pun begitu, Solud Si tukang bajak, tetap meneruskan pekerjaannya dan berakhir selepas tengah hari.  

“Hmmm….enak benar Si Kellly itu,” Dinky berkata pada dirinya sendiri. “Kerjaannya sepanjang hari hanya bermain-main, tetapi majikanku, Si petani itu, begitu memanjakannya.” Rupa-rupanya, Dinky, merasa iri hati terhadap Kelly, anjing Si petani yang lincah itu.

Dinky yang dibiarkan bebas tanpa terikat, kembali merumput di halaman rumah petani yang luas tersebut sambil melepas lelah.

“Majikanku sugguh tidak adil. Aku yang bekerja keras seharian, cuma diberi makan rumput dan minuman yang membosankan ini,” kembali Dinky berkata kepada dirinya sendiri. “Sementara Si Kelly, yang kerjaannya hanya melompat-lompat dan bermain, diberinya makanan yang enak-enak dan minum susu. Tunggulah, Kelly! Aku akan mengalihkan perhatian majikanku darimu! Aku akan merebut perhatiannya! Apa susahnya, sih? Kalau cuma melompat-lompat dan mengibaskan ekor di hadapannya seperti yang sering kamu lakukan? Aku juga bisa, Kelly! Jangan kamu kira cuma kamu yang bisa. Huhhh….dasar pemalas!”

Keesokan harinya, Si Dinky benar-benar melakukan rencananya. Begitu ia melihat majikannya, Si petani kaya tersebut duduk-duduk di beranda rumahnya, Dinky dengan cepat berlari ke arahnya. Lalu melompat ke atas meja, menari-nari dan mengibaskan ekornya.

Namun bukannya perhatian dan belaian lembut dari Si petani yang sering ia tunjukkan terhadap Kelly, Dinky justru dipukul ketas-keras oleh Si petani kaya itu, “Dasar keledai dungu, keledai gila!” Dan petani itu mengusir Dinky agar keluar menjauh dari rumahnya. Si petani kembali memukul Dinky dengan keras dengan tongkat kayunya. Kali ini tepat mengenai punggung Dinky.

Dinky menjerti kesakitan. “Ahhh….!” Ia tidak menyangka bahwa balasan seperti ini yang akan dia terima dari majikannya.

“Pak Soluuuuud…!” teriak Si petani kaya. “Ikat erat-erat keledai gila ini! Jangan sampai lepas. Kurung dia di kandang paling belakang. Dia sangat berbahaya, bisa mengacaukan segalanya!”

Akhirnya, Dinky hanya bisa menyesali nasib. Ia semakin kesepian dalam kandang yang pengap tersebut.

***

Dalam hidup ini, kita mesti mensyukuri apa yang diberikan dan telah ditakdirkan Tuhan. Kita harus bisa menjadi diri kita sendiri dan menerima apa adanya diri kita. Kalau bukan kita sendiri yang menerima? Siapa lagi? Tak perlu berusaha untuk menjadi diri orang lain. Ingatlah! Masing-masing orang diciptakan berbeda dan memiliki keunikannya sendiri-sendiri. Tak perlu iri dengan yang terjadi pada orang lain.

Kontributor: Bilif Abduh
Sumber gambar dari sini


Tidak ada komentar:

Posting Komentar